HOME  ⁄  Nasional

DBD Tewaskan 17 Warga Riau, Dinkes Perkuat Edukasi dan Pemantauan Lingkungan

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

DBD Tewaskan 17 Warga Riau, Dinkes Perkuat Edukasi dan Pemantauan Lingkungan
Foto: Riau catat 17 kematian akibat DBD hingga April 2025, Dinkes aktifkan kembali peran Jumantik untuk cegah penyebaran.(Sumber: ANTARA/Pexels/Ravi Kant/am)

Pantau - Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak Januari hingga akhir April 2025, dengan total 1.471 kasus tercatat di 12 kabupaten dan kota di wilayah tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Riau, drg. Sri Sadono Mulyanto, menyampaikan bahwa peningkatan kasus ini harus menjadi perhatian serius semua pihak karena terkait langsung dengan kondisi lingkungan tempat tinggal masyarakat.

Inhil Catat Kematian Tertinggi, Lingkungan Jadi Faktor Utama

Kabupaten Indragiri Hilir mencatat angka kematian tertinggi akibat DBD, yaitu sebanyak 6 orang.

Sementara itu, Kabupaten Kampar, Rokan Hulu (Rohul), dan Kota Dumai masing-masing melaporkan 3 kasus kematian, diikuti Kabupaten Siak dan Kota Pekanbaru dengan masing-masing 1 kematian.

Sri Sadono menegaskan bahwa penyebaran virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes Aegypti dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak optimal, terutama buruknya sanitasi dan kebersihan tempat tinggal.

Masyarakat diimbau untuk lebih peduli menjaga kebersihan lingkungan agar tidak memberikan ruang bagi nyamuk untuk berkembang biak.

Peran Jumantik Diaktifkan, Edukasi Lewat Gerakan 3M Plus

Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Riau kembali mengaktifkan peran Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di berbagai wilayah.

Para kader Jumantik rutin memantau rumah-rumah warga, tempat penampungan air, serta memberikan edukasi tentang kebersihan lingkungan.

Lokasi pemantauan meliputi bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan, dan saluran air yang jarang dibersihkan.

Dinkes juga gencar menyosialisasikan gerakan 3M Plus, yaitu:

  • Menguras tempat penampungan air
  • Menutup rapat wadah air
  • Mengubur barang bekas yang dapat menampung air
  • Ditambah penggunaan kelambu dan obat nyamuk

Sri Sadono mengingatkan bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.

“Masyarakat jangan menunggu hingga jatuh sakit untuk bertindak. Kesadaran dan kebersihan lingkungan harus dijaga setiap hari guna mengurangi risiko penyebaran DBD,” tegasnya.

Penulis :
Balian Godfrey