
Pantau - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan komitmen Indonesia terhadap transisi energi bersih dalam pertemuan tingkat menteri energi kelompok BRICS yang berlangsung di Brasilia, Brasil.
Dalam forum tersebut, Yuliot menyatakan bahwa Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam menyediakan akses energi secara merata di wilayah-wilayah yang beragam dan terpencil.
"Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memastikan akses terhadap energi di seluruh wilayah yang beragam dan terpencil. Untuk mengatasi hal ini, kami memprioritaskan pengembangan energi terbarukan, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yang mendukung pertumbuhan yang inklusif," ujar Yuliot.
Pendekatan Transisi Energi Disesuaikan dengan Karakter Nasional
Yuliot menjelaskan bahwa kebijakan energi nasional Indonesia selaras dengan arah transisi energi global menuju sistem yang bersih dan berkelanjutan.
Ia menegaskan bahwa transisi energi di Indonesia harus dilakukan secara bersih, adil, berkelanjutan, dan inklusif agar seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Pendekatan dalam mewujudkan transisi energi, menurutnya, tidak bisa diseragamkan dan harus mempertimbangkan kondisi nasional, prioritas pembangunan, serta kedaulatan teknologi setiap negara.
"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menjadi negara yang paling unik dalam forum energi ini," tambah Yuliot.
Ia berharap, dengan keunikan tersebut, posisi dan kontribusi Indonesia di kelompok BRICS dapat memberikan perspektif yang berbeda dalam upaya global menuju energi bersih.
Sebagai bagian dari komitmen nyata, Indonesia telah menerapkan kebijakan bahan bakar nabati melalui penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit dengan campuran sebesar 40 persen atau B40.
Di samping itu, pemerintah juga terus mendorong penerapan teknologi memasak bersih yang berbasis bioenergi sebagai solusi berkelanjutan di sektor rumah tangga.
- Penulis :
- Arian Mesa