
Pantau - Dompet Dhuafa mengembangkan program Maggotin sebagai inovasi pengelolaan sampah organik yang sekaligus mendukung peningkatan ekonomi para penerima manfaat atau mustahik.
Program ini menjadi percontohan edukasi zero waste dan pemantik gerakan pengelolaan sampah organik dari rumah tangga.
Pendamping Program Dompet Dhuafa, Wawan Setiawan, menyatakan bahwa pemanfaatan limbah organik dapat menciptakan peluang bisnis baru, khususnya bagi peternak maggot.
Sampah organik seperti sayuran dan limbah restoran dimanfaatkan sebagai pakan maggot, yang kemudian digunakan untuk memberi makan lele dan unggas.
Dari Sampah Jadi Cuan, Maggotin Bantu Lingkungan dan Ekonomi
Melalui budidaya maggot ini, para mustahik memperoleh penghasilan tambahan sekaligus membantu proses penguraian sampah di pasar dan lingkungan sekitar.
Salah satu pegiat maggot asal Karanganyar, Lampung, bernama Paiman, memulai usahanya dari skala kecil karena keterbatasan dana dan pengetahuan.
Dompet Dhuafa melihat potensi besar dari usaha tersebut dan memberikan bantuan berupa kandang maggot untuk mendukung pengembangannya.
Paiman menyebut program ini mewujudkan keinginannya mengelola sampah basah agar tidak menimbulkan bau dan penyakit di lingkungan.
Maggot dikenal sangat cepat dalam mengurai sampah; 10 ribu ekor maggot Black Soldier Fly (BSF) mampu mengurai 5 kilogram sampah organik dalam waktu 24 jam.
Maggot dapat mengonsumsi sampah organik sebanyak 2 hingga 5 kali berat badannya setiap hari.
Di lokasi Paiman, terdapat sekitar 50 ribu ikan lele yang saat ini diberi pakan maggot untuk menekan biaya operasional.
Penjualan maggot secara daring menghasilkan keuntungan bersih antara Rp3 hingga Rp5 juta per bulan, sedangkan penjualan luring memberikan keuntungan sekitar Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan.
Maggot juga dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan dalam industri lain seperti kosmetik, sehingga membuka peluang ekonomi yang lebih luas ke depan.
- Penulis :
- Balian Godfrey