
Pantau - Anggota Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Tamanuri, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Buleleng, Bali, pada Kamis, 22 Mei 2025, dan menyoroti temuan serius terkait 375 siswa tingkat SMP di wilayah tersebut yang belum mampu membaca dan menulis.
Tamanuri menyebut bahwa kondisi ini mencerminkan adanya masalah mendasar dalam sistem pendidikan nasional, khususnya pada jenjang pendidikan dasar.
"Ya, tadinya justru kita terperanjat menerima informasi itu, Nah, pikir kita ya masa ada orang yang seperti itu di Buleleng? Rupanya setelah kita mendapat laporan dari Bupati bahwa ini ada kelainan. Tapi yang penting adalah langkah-langkah untuk ke depan, bagaimana untuk mengatasi masalah anak-anak ini," ujarnya.
Evaluasi Nasional Didorong, Sistem Skrining Dini Diusulkan
Menurut Tamanuri, persoalan ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan kenaikan kelas otomatis yang banyak diterapkan selama masa pandemi Covid-19, yang dinilainya telah mengabaikan proses evaluasi pencapaian kompetensi siswa.
"Guru-gurunya merasa takut, merasa diancam segala macam. Sehingga mereka naik-naikan aja, padahal dia tidak menurut persyaratan. Oleh karena itu mereka naik-naikan aja, padahal sampai di SMP nggak bisa baca, nggak bisa tulis," tegasnya.
Ia mendesak agar dilakukan evaluasi kebijakan pendidikan dasar secara menyeluruh di tingkat nasional, karena kasus serupa kemungkinan besar juga terjadi di daerah lain, meskipun belum tercatat secara resmi.
Tamanuri juga menyarankan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Komisi X DPR RI segera merancang sistem skrining dini sejak pendidikan dasar untuk mendeteksi hambatan belajar pada siswa.
"Nah, jadi mudah-mudahan dari Komisi X, dalam rangka Raker dengan Menteri, mereka sudah bisa sampaikan hal-hal seperti itu. Sebetulnya, kejadian ini bukan kejadian hanya di Buleleng, tapi yang lain belum melaksanakan pendataan," tambahnya.
Data Asesmen Nasional 2023 dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa 38,5 persen siswa SD belum mencapai kompetensi minimum dalam literasi membaca.
Sementara itu, sebanyak 41 persen siswa tingkat SMP juga belum memiliki kemampuan membaca di atas standar minimum, memperkuat urgensi langkah korektif di sektor pendidikan dasar.
- Penulis :
- Balian Godfrey