
Pantau - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi kapal dunia berkat posisi geostrategis dan geoekonomi yang kuat sebagai negara maritim utama di Asia Tenggara.
Sektor perkapalan dinilai sebagai moda transportasi andalan untuk logistik pengangkutan komoditas dan penumpang, sehingga pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pengembangannya.
Saat ini terdapat 342 galangan kapal aktif di Indonesia yang tersebar di 29 provinsi, dengan kapasitas produksi bangunan kapal mencapai 1 juta DWT per tahun dan kapasitas reparasi hingga 12 juta DWT per tahun.
Industri ini telah menyerap lebih dari 46.000 tenaga kerja dan terus menunjukkan perkembangan inovatif yang signifikan.
Galangan kapal dalam negeri kini mampu memproduksi berbagai jenis kapal, termasuk kapal niaga, perikanan, penumpang, kapal militer, dan kapal patroli.
PT PAL Indonesia mencatatkan keberhasilan dengan memproduksi Kapal Cepat Rudal (KCR) untuk TNI AL serta kapal Landing Platform Dock (LPD) yang diekspor ke Filipina.
“Capaian tersebut menunjukkan bahwa potensi industri galangan kapal nasional mampu memenuhi kebutuhan kapal berkualitas tinggi, baik untuk pasar domestik maupun internasional,” ujar Faisol Riza.
Penguatan TKDN dan Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan
Saat ini terdapat 127 perusahaan komponen bersertifikasi marine class di Indonesia, dan lebih dari 560 sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) telah diterbitkan.
Untuk jenis kapal tertentu, kandungan lokal bahkan telah mencapai lebih dari 40 persen.
“Hal ini merupakan fondasi yang kokoh bagi transformasi industri perkapalan nasional ke depan,” tambah Faisol.
Transformasi struktural dalam industri perkapalan global, termasuk adopsi teknologi digital dan pergeseran ke kapal berbasis energi ramah lingkungan (green ships), menjadi tantangan sekaligus peluang yang harus diantisipasi.
“Indonesia harus berada di garis depan dalam mengadopsi dan mengembangkan teknologi ini,” tegasnya.
Pemerintah menyiapkan peta jalan pengembangan industri galangan kapal nasional, dengan fokus pada peningkatan efisiensi dan produktivitas melalui digitalisasi serta inovasi desain kapal beremisi rendah.
Penguatan ekosistem komponen berbasis TKDN juga akan menjadi prioritas, disertai penyiapan SDM berkompetensi tinggi melalui kerja sama internasional.
“Kami percaya bahwa masa depan industri perkapalan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan masing-masing negara, tetapi oleh kemampuan kita untuk bekerja sama atau berkolaborasi,” ungkapnya.
Indonesia siap mengambil peran kepemimpinan regional dalam hal standardisasi dan sertifikasi bersama antar negara Asia, serta berperan dalam rantai pasok regional komponen kapal.
Inovasi dan kolaborasi teknologi lintas negara akan didorong bersama promosi perdagangan dan ekspor produk industri maritim intra-Asia.
Peningkatan jumlah pelabuhan internasional juga menjadi perhatian, di mana secara rasio perdagangan global Indonesia membutuhkan minimal 25 pelabuhan internasional.
“Kalau pelabuhan-pelabuhan internasional ini semakin dibuka, tentu akan juga memberi kesempatan bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan industri perkapalan,” ujarnya.
Pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kapal menengah untuk kawasan Asia Tenggara, sekaligus pemain utama dalam ekspor kapal niaga dan kapal perikanan ke negara-negara kepulauan di Pasifik dan Afrika.
Target ini sejalan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam Indonesia-Brazil Business Forum di Rio de Janeiro pada 18 November 2024, bahwa Indonesia memiliki cadangan ikan terbesar kedua atau ketiga di dunia.
Dengan kebutuhan sekitar 40.000 kapal ikan berukuran 150 GT hingga 300 GT, industri galangan kapal nasional dinilai memiliki peluang besar untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor ke depan.
- Penulis :
- Arian Mesa