Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pancasila 5.0: Mutasi Etik Nilai Nusantara dalam Arus Teknologi dan Simulasi Digital

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Pancasila 5.0: Mutasi Etik Nilai Nusantara dalam Arus Teknologi dan Simulasi Digital
Foto: Pancasila dipandang sebagai genom nilai bangsa yang harus berevolusi menghadapi tantangan etika di era kecerdasan buatan dan simulasi digital(Sumber: ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO).

Pantau - Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, bukan semata sebagai ritual sejarah, tetapi sebagai momen ontologis yang menegaskan eksistensi filosofis Indonesia dalam percaturan zaman.

Pancasila bukan sekadar dokumen sakral dari tahun 1945, melainkan sebuah dokumen hidup yang terus tumbuh dan bermutasi seiring interaksi antara adat, teknologi, spiritualitas, dan kecerdasan kolektif bangsa.

Nilai-nilainya bukan lahir dari ruang hampa, melainkan diekstraksi dari warisan budaya Nusantara, mulai dari Kakawin Sutasoma, sistem sosial Minangkabau, hingga naskah-naskah Bugis dan Bali, menjadikan Pancasila sebagai ekspresi fenomenologis pengalaman batin Indonesia.

Soekarno tidak menciptakan Pancasila dari nol, melainkan merumuskannya dari roh bangsa, menjadikan Pancasila sebagai genom kebudayaan—kode nilai hidup yang menata kesadaran kolektif dan realitas sosial.

Reinterpretasi Etikopolitik Lima Sila di Era Singularity

Di tengah dunia yang bergerak menuju technological singularity, dengan AI, bioteknologi, dan komputasi kuantum, Pancasila perlu melakukan mutasi etik agar tak menjadi teks statis, melainkan meta-framework yang relevan bagi masa depan.

Ketuhanan Yang Maha Esa dimaknai sebagai prinsip transendental etik—fondasi moral universal untuk mencegah eksploitasi teknologi atas kehidupan dan keberadaan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi dasar bagi humanisme algoritmik, pelindung terhadap bias dan otoritarianisme digital melalui prinsip keadilan sosial dalam arsitektur AI.

Persatuan Indonesia ditafsirkan sebagai simbiosis digital yang harmonis—menjaga identitas nasional dan kedaulatan siber dari kolonialisme data global.

Kerakyatan mencerminkan demokrasi deliberatif, yang kini menuntut sistem e-deliberasi berbasis web3 dan AI etis agar kebijakan publik dapat diakses dan dibentuk secara adil dan inklusif.

Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi prinsip distribusi dalam ekonomi digital, termasuk dalam pendidikan AI, akses nanomedicine, dan solidaritas digital.

Pancasila, di tengah dunia simulakra dan simulasi, tetap relevan sebagai pedoman etik untuk menavigasi realitas teknologi masa kini dan masa depan, membentuk Indonesia yang berdaulat secara etis dan spiritual.

Penulis :
Balian Godfrey