Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Indonesia Paparkan Praktik Terbaik Perikanan Skala Kecil di UNOC-3 Prancis

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Indonesia Paparkan Praktik Terbaik Perikanan Skala Kecil di UNOC-3 Prancis
Foto: Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Lotharia Latif pada gelaran The Third United Nations Ocean Conference (UNOC-3) 2025 di Port Lympia, Nice, Prancis (sumber: Humas KKP)

Pantau - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia memaparkan praktik terbaik dalam pengelolaan perikanan skala kecil dalam Konferensi Kelautan PBB ketiga (UNOC-3) yang berlangsung pada 9–13 Juni 2025 di Port Lympia, Nice, Prancis.

Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP, Lotharia Latif, menyatakan, "Indonesia komitmen dalam memperkuat tata kelola laut berkelanjutan dan mendorong praktik perikanan skala kecil yang inklusif dan berbasis kearifan lokal," ungkapnya dalam sebuah side event yang diselenggarakan Pemerintah Maladewa.

Acara tersebut bertema "Delivering Sustainable and Equitable Ocean Governance: Multi-Stakeholder Approaches to Small-Scale Fisheries and Marine Protected Areas".

Dorong Kearifan Lokal dan Kolaborasi Global

Latif menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar keempat di dunia, dengan potensi lestari perikanan tangkap mencapai 12 juta ton dan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi.

Ia menyoroti efektivitas kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota yang telah mendorong pertumbuhan rata-rata produksi perikanan tangkap nasional sebesar 3,94 persen per tahun, dari 4,51 juta ton pada 2016 menjadi 7,71 juta ton pada 2023.

Saat ini, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan produksi perikanan tangkap terbesar di dunia setelah China.

Dalam forum tersebut, Latif menekankan pentingnya kolaborasi dengan inisiatif global seperti CFI Indonesia dalam pengelolaan perikanan skala kecil berbasis masyarakat.

Salah satu contoh keberhasilan yang diangkat adalah inisiatif Sasi Label di Kepulauan Maluku, yang mengusung larangan sementara penangkapan ikan sebagai bentuk pelestarian sumber daya.

"Model ini tidak hanya melindungi ekosistem laut, tetapi juga memperkuat kelembagaan lokal, meningkatkan peran perempuan, serta mendorong akses pasar dan kesejahteraan nelayan melalui koperasi dan teknologi digital seperti e-logbook," lanjutnya.

Data KKP menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan Indonesia masih dalam batas aman secara biologis, yakni kurang dari 80 persen dari potensi lestari.

Selama periode 2020–2024, rata-rata produksi perikanan Indonesia tercatat sebesar 7,39 juta ton.

Nilai ekspor komoditas perikanan tangkap skala kecil juga mengalami peningkatan dari 3,31 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 3,91 miliar dolar AS pada 2023, dengan komoditas utama berupa tuna-cakalang, cumi-sotong-gurita, dan kepiting.

Latif mengajak seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi global guna mencapai tujuan SDG 14 melalui kemitraan, program twinning, dan forum internasional.

"Kami mengundang seluruh mitra dan pemangku kepentingan untuk hadir dalam Ocean Impact Summit Indonesia 2026, sebagai bentuk nyata komitmen bersama untuk laut yang sehat dan berkelanjutan," tuturnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, dalam forum UNOC-3 menegaskan kembali komitmen kuat Indonesia terhadap perlindungan laut dan pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.

Penulis :
Arian Mesa