
Pantau - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengingatkan pemerintah agar menjalankan amanat konstitusi untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di tengah meningkatnya ketegangan konflik antara Israel dan Iran.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan pada diskusi daring bertema "Senjata Nuklir atau Pergantian Rezim? Perkembangan Perang Israel-Iran" yang diselenggarakan oleh Forum Diskusi Denpasar 12, Lestari menyatakan, "Dalam menyikapi sejumlah konflik yang terjadi saat ini, konstitusi kita telah mengamanatkan agar pemerintah Indonesia harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa amanat konstitusi tidak hanya sebatas perlindungan internal, tetapi mencakup peran aktif Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia.
"UUD 1945 juga menekankan bahwa sebagai bagian dari tujuan bernegara Indonesia harus ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," ia mengungkapkan.
Dampak Konflik dan Imbauan Strategi Respons
Lestari menilai bahwa konflik geopolitik beberapa bulan terakhir berdampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di Indonesia, mulai dari ekonomi hingga politik nasional.
"Dampak tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga berdampak pada sejumlah sektor seperti ekonomi dan politik di Indonesia," ungkapnya.
Ia berharap para pengambil kebijakan di Indonesia dapat segera menyusun langkah strategis dengan tetap mengedepankan prinsip perdamaian.
Sementara itu, pengamat militer Jaleswary Pramodhawardani menyebut serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni lalu sebagai peristiwa yang tidak bisa dianggap biasa.
Menurutnya, keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik tersebut telah menggeser dinamika kawasan secara fundamental dan dapat memperparah kondisi global, termasuk disrupsi perdagangan minyak dan potensi meluasnya konflik.
"Indonesia harus mampu menyiapkan langkah strategis untuk merespons dampak disrupsi ekonomi tersebut," tegas Jaleswary.
Ia juga mendorong pemerintah agar aktif dalam diplomasi internasional, baik melalui jalur bilateral maupun multilateral.
"Segera desain strategi cepat jangka pendek untuk merespons dampak negatif konflik Iran-Israel," sarannya.
Forum Diwarnai Perspektif Pakar dan Praktisi Hubungan Internasional
Dalam forum yang sama, peneliti CSIS Pieter Pandie menilai bahwa masih terlalu dini untuk memastikan bagaimana akhir dari konflik ini.
"Jadi, masih sulit untuk memperkirakan konflik ini akan berakhir," katanya.
Diskusi juga dihadiri oleh mantan Duta Besar RI untuk Iran, Dian Wirengjurit, dan Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, yang memberikan pandangan dari perspektif diplomatik dan akademik.
- Penulis :
- Arian Mesa
- Editor :
- Tria Dianti