
Pantau - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menegaskan pentingnya memperkuat sinergi Aksi Merespons Peringatan Dini (AMPD) guna menghadapi risiko bencana yang semakin kompleks di Indonesia, dengan menekankan pergeseran dari respons darurat ke pendekatan antisipatif yang terstruktur dan kolaboratif.
Dari Respons ke Antisipasi: AMPD Jadi Strategi Nasional
Dalam pernyataannya, Kemenko PMK menegaskan bahwa paradigma penanggulangan bencana harus berubah secara menyeluruh.
"Kita harus beralih dari penanganan berbasis respons ke pendekatan antisipatif yang sistematis dan terkoordinasi. Aksi Merespon Peringatan Dini (AMPD) menjadi pendekatan strategis untuk mengurangi dampak kemanusiaan sebelum bencana terjadi," ungkap perwakilan Kemenko PMK dalam pertemuan lintas sektor.
AMPD dipandang sebagai pendekatan kolaboratif yang mengintegrasikan tiga elemen utama: sistem peringatan dini yang efektif, aksi dini yang konkret, serta dukungan pendanaan yang siap digunakan.
"AMPD hadir sebagai pendekatan kolaboratif yang mengintegrasikan tiga elemen utama: sistem peringatan dini yang efektif, aksi dini yang konkret, serta dukungan pendanaan yang siap digunakan," tegas Lilik Kurniawan, salah satu pengarah kebijakan dalam forum tersebut.
Ia menambahkan bahwa pendekatan tanggap darurat tidak lagi mencukupi dalam menghadapi bencana berskala besar, dan sudah saatnya Indonesia beralih ke tindakan pencegahan yang terstruktur, inklusif, dan terencana.
Fokus pada Infrastruktur Tangguh dan Kemitraan Inklusif
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2024 menunjukkan bahwa telah terjadi 2.093 kejadian bencana di Indonesia, dengan banjir sebagai penyumbang terbesar yakni 1.077 kejadian atau 51 persen dari total kejadian.
Kondisi ini menegaskan pentingnya penguatan kebijakan dan regulasi berbasis risiko.
"AMPD bukan hanya agenda teknokratik, melainkan bagian dari komitmen pembangunan nasional yang inklusif dan berbasis risiko," kata Kemenko PMK.
Pertemuan tersebut juga membahas tiga aspek utama dalam Asta Cita kedelapan, yaitu: peningkatan anggaran mitigasi dan sistem peringatan dini, pembangunan infrastruktur tahan bencana, serta penguatan kemitraan antara pemerintah, swasta, masyarakat sipil, dan lembaga donor.
Kemenko PMK menyatakan komitmennya untuk terus memperkuat koordinasi lintas sektor serta meningkatkan ketahanan masyarakat, terutama kelompok rentan, dalam menghadapi ancaman bencana di masa depan.
- Penulis :
- Aditya Yohan








