
Pantau - Pada Jumat malam, 27 Juni 2025, Keraton Kanoman Cirebon, Jawa Barat, menggelar prosesi pembacaan Babad Cirebon sebagai bentuk pelestarian sejarah dan budaya dalam suasana yang sakral dan penuh makna.
Ruang Keraton Jadi Panggung Ritus Sejarah
Prosesi digelar di Bangsal Prabayaksa yang disinari cahaya temaram dari lampu chandelier dan lilin, menciptakan atmosfer kontemplatif yang mendalam.
Para abdi dalem dan pujangga keraton tampil mengenakan sarung batik dan ikat kepala, duduk di panggung rendah untuk membacakan bait-bait babad dengan suara lantang namun lembut.
Puluhan tamu dari berbagai kalangan, termasuk generasi muda, hadir dengan penuh hormat, menyimak ritus lisan yang telah diwariskan turun-temurun.
Pembacaan Babad Cirebon dianggap sebagai mantra kolektif agar sejarah tidak pudar dari ingatan masyarakat.
Tradisi Rutin Setiap 1 Muharram
Rangkaian acara dimulai sejak sore hari setelah shalat ashar dengan doa bersama dan tawasul untuk Pangeran Cakrabuana di Bangsal Witana.
Bangsal Witana memiliki makna penting karena merupakan titik awal pembukaan wilayah Lemahwungkuk yang kini dikenal sebagai Cirebon.
Nama "Witana" sendiri berarti tanah pembuka, dan lokasinya berada tepat di belakang Bangsal Mande Mastaka, tempat tahta Sultan Kanoman.
Tawasul menjadi penanda awal dimulainya pembacaan Babad Cirebon yang rutin digelar tiap malam 1 Muharram.
Tepat pukul 20.00 WIB, suara pembaca babad menggema, menyuarakan bait-bait naskah sejarah yang telah berusia ratusan tahun.
Tradisi ini juga menjadi bagian dari peringatan Hari Jadi ke-598 Kota Cirebon, sekaligus menegaskan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa.
- Penulis :
- Aditya Yohan