
Pantau - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya penulisan ulang sejarah nasional sebagai upaya menemukan kembali jati diri bangsa Indonesia, dalam seminar nasional yang digelar di Gedung Raden Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta, Minggu (6/7/2025).
"Sudah saatnya kita menulis ulang sejarah Indonesia—bukan hanya sebagai catatan, tapi sebagai landasan untuk membentuk generasi yang memahami siapa dirinya dan ke mana bangsanya akan menuju," ungkapnya.
Seminar tersebut diselenggarakan oleh Perkumpulan Prodi Pendidikan Sejarah se-Indonesia (P3SI) dengan tema “Menulis Sejarah, Membangun Bangsa: Membangun Peran Pendidikan Sejarah di Sekolah.”
Dorongan Penulisan Sejarah Indonesia yang Lebih Indonesia-Sentris
Fadli menyebut bahwa Indonesia memiliki pekerjaan rumah besar dalam memperbarui narasi sejarah nasional, khususnya setelah era Reformasi.
“Terakhir, Buku Sejarah Nasional Indonesia disusun pada 1970-an oleh tim di bawah pimpinan Prof. Soekanto, sementara karya Indonesia dalam Arus Sejarah yang terbit pada 2012 belum mencakup perkembangan politik dan sosial dari era BJ Habibie hingga Joko Widodo,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sudah waktunya menggeser cara pandang sejarah ke arah yang lebih Indonesia-sentris dan membongkar istilah kolonial yang menyamarkan realitas, seperti penggunaan istilah "aksi polisionil" oleh Belanda untuk menutupi agresi militer.
"Re-inventing Indonesian identity atau menemukan kembali jati diri bangsa menjadi bagian penting dari narasi sejarah," tegas Fadli.
Kolaborasi Akademik untuk Penguatan Pendidikan Sejarah
Ketua Umum P3SI, Dr. Zulkarnain, menekankan pentingnya forum tersebut dalam memperkuat sinergi antarprogram studi pendidikan sejarah di Indonesia.
“Kongres keempat ini menjadi momen krusial dalam memperkuat keberadaan P3SI sekaligus mendorong perkembangan pendidikan sejarah di tanah air,” ucapnya.
Senada, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, mengingatkan bahwa sejarah tidak boleh hanya dianggap sebagai hafalan.
"Tapi kita punya ide-ide kreatif yang sebenarnya memiliki banyak peluang. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan peluang itu sebaik mungkin," tuturnya.
Acara turut dihadiri Rektor UNJ Prof. Dr. Komarudin, M.Si. serta penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Kebudayaan dan Universitas Negeri Jakarta, yang diwakili Firdaus Wajdi, Ph.D. dan Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf