Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Banjir di Musim Kemarau Jadi Tanda Anomali Iklim, Eddy Soeparno Desak Pemerintah Perkuat Mitigasi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Banjir di Musim Kemarau Jadi Tanda Anomali Iklim, Eddy Soeparno Desak Pemerintah Perkuat Mitigasi
Foto: Banjir di Musim Kemarau Jadi Tanda Anomali Iklim, Eddy Soeparno Desak Pemerintah Perkuat Mitigasi(Sumber: ANTARA/HO-MPR)

Pantau - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menilai banjir yang terjadi di Jakarta, Kota Tangerang, dan Tangerang Selatan saat musim kemarau sebagai bukti nyata anomali perubahan iklim yang semakin ekstrem.

"Banjir yang terjadi di musim kemarau ini bukan hal biasa. Ini bukti bahwa pola cuaca kita sudah sangat tidak menentu," ungkapnya menanggapi kondisi banjir yang terjadi sejak Minggu, 6 Juli 2025.

Menurut Eddy, fenomena tersebut menunjukkan bahwa pola musim konvensional tidak lagi bisa dijadikan acuan dalam menentukan risiko bencana.

Mitigasi Krisis Iklim Harus Terintegrasi

Eddy menegaskan bahwa pemerintah pusat dan daerah harus memperkuat manajemen krisis iklim, baik dari sisi mitigasi maupun adaptasi.

Ia menyebut perlunya integrasi antara perencanaan tata ruang, sistem drainase yang memadai, dan pelibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan.

"Kementerian terkait dan Pemerintah Daerah Jakarta dan sekitarnya sebaiknya satu suara dan kompak dalam kebijakan mencegah dampak krisis iklim ini semakin merusak," ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya menghindari ego sektoral dalam kebijakan, baik di hulu seperti konservasi lingkungan, maupun di hilir seperti adaptasi tata ruang dan program penghijauan.

Sistem peringatan dini dan respons cepat harus diperkuat karena cuaca kini tidak bisa diprediksi hanya berdasarkan musim.

"Kita tak bisa lagi berpegang pada pola musim konvensional. Ketika kemarau pun bisa banjir maka harus ada evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase, alih fungsi lahan, dan pengelolaan daerah tangkapan air", tegas Eddy.

Ia mendorong kepala daerah segera mengambil langkah konkret untuk menghadapi krisis iklim dan bencana hidrometeorologi seperti banjir.

"Kepala daerah harus segera menyusun langkah strategis, mulai dari perbaikan tata kelola air, sistem drainase yang lebih baik, hingga kesiapan tanggap darurat yang lebih cepat dan efektif. Jangan hanya bertindak ketika bencana sudah terjadi", katanya.

Edukasi Masyarakat dan Penegakan terhadap Pengembang

Eddy juga menekankan pentingnya edukasi publik dan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil dalam menghadapi krisis iklim.

"Krisis iklim ini adalah tantangan global yang dampaknya sudah sangat lokal. Maka kita perlu kebijakan nasional yang terintegrasi bahkan sampai melibatkan warga dengan mitigasi, adaptasi dan juga edukasi kepada masyarakat", ungkapnya.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menyampaikan permintaan maaf kepada warga yang terdampak banjir.

"Saya ingin meminta maaf kepada warga yang terdampak banjir karena sekarang ini masih ada beberapa warga yang terdampak akibat banjir, termasuk di daerah ini", ujar Pramono.

Ia juga menekankan pentingnya kerja sama seluruh pihak dalam membangun Jakarta dan mengatasi masalah banjir.

Gubernur Banten Andra Soni menyoroti kelalaian para pengembang perumahan yang menyebabkan banjir di wilayah Tangerang Raya.

Menurutnya, buruknya sistem drainase akibat pembangunan tanpa infrastruktur air yang memadai memperparah genangan di sejumlah titik.

"Iya, semalam saya terima informasi terkait dengan banjir yang terjadi di beberapa titik di wilayah Tangerang dan saya sudah berkoordinasi dengan DPRD untuk bersinergi, salah satunya dengan memanggil beberapa pengembang", ujarnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf