billboard mobile
HOME  ⁄  Nasional

Kaleidoskop Bencana Indonesia 2018: Tsunami Selat Sunda di Penghujung Tahun

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Kaleidoskop Bencana Indonesia 2018: Tsunami Selat Sunda di Penghujung Tahun

Pantau.com - Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Berada di gugusan gunung berapi dan pertemuan sejumlah titik lempengan bumi juga mmbuat Indonesia rawan diterpa bencana alam besar.

Secara umum, bencana alam meningkat selama satu dekade terakhir yang didominasi oleh bencana banjir, longsor, dan puting beliung. Bedasarkan Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB), hingga 14 Desember 2018, sebelum bencana tsunami di Selat Sunda, telah terjadi 2.436 bencana di Indonesia.

Sepanjang tahun 2018 ini, lebih dari lima bencana alam besar menimpa Indonesia, sejumlah gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapai, hingga fenomena likuifaksi banyak menelan korban. Merangkam Pantau.com, berikut kaleidoskop bencana alam besar di Indonesia tahun 2018.

Februari 2018, longsor di Brebes

Longsor di Brebes. (Foto: Humas BNPB)

Bencana tanah longsor terjadi di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sekitar pukul 08.00 WIB, Kamis (22 Pebruari 2018). Longsor dari perbukitan itu turun dari atas lereng mengikuti kontur tanah dan gravitasi sehingga menerjang sawah di bawahnya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan penyebab longsor karena kemiringan lereng yang terjal lalu sifat tanah pelakukan yang sarang dan mudah luruh jika terkena air serta curah hujan yang tinggi. Akibatnya 11 dinyatakan tewas tertimbun logsor dalam peristiwa itu, sementara tujuh lainnya hilang, dan 14 orang luka-luka.

Baca juga: Masa Tanggap Darurat Pasca Tsunami di Lampung Selatan Diperpanjang

Juli 2018, gempa bumi Lombok, NTB

Warga mengangkat motor dari reruntuhan gempa (Foto: Antara/Ahmad Subaidi)

Gempa bumi magnitudo 6,4 mengguncang Lobok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli 2018. Gempa besar yang melanda pulau seribu masjid dirasakan di Pulau Lombok, Balim hingga Pulau Sumbawa. Akibatnya 14 orang tewas, 400an orang terlukam ribuan bangunan hancur dan ratusan pendaki dari berbagai negara di Taman Nasional Gunung Rinjani sempat terjebak.

Sepekan kemudian, gempa kembali menggunvang Lombok dengan magnitudo 7,0 pada 5 Agustus 2018. Berpusat di Kabupaten Lombok Utara, gempa bumi terasa hingga Pulau Jawa dan Madura. BMKG sempat mengeluarkan peringatan potensi tsunami, meski akhirnya dicabut kembali.

BNPB mencatat akibat gempa bumi besar itu 564 orang meninggal dunia, 1600an orang terluka dan lebih dari 445 ribu orang harus mengungsi karena kehilangan tempat tinggal, dan 32.129 rumah rusak akibat gempa.

September 2018, Gempa bumi, tsunami dan fenomena likuifaksi di Palu dan Donggala, Sulawasi Tengah

Evakuasi Korban di Hotel Roa-roa. (Foto: Antara/Basri Marzuki)

Baca juga: BPBD Lampung: Nelayan Korban Tsunami Butuh Bantuan Perahu

Belum hilang dari ingatan dari peristiwa gempa bumi Lombok, Indonesia kembali diguncang gempa bumi, yakni di Palu dan Donggala pada 28 September 2018. Gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo membuat BMKG mengeluarkan peringatan tsunami setinggi 0,5 meter hingga tiga meter.

Dalam waktu beberapa menit, gelombang setinggi enam meter menghantam sebagian Kota Palu yang tertelah di ujung Teluk Palu. Tidak berhenti disitu, pasca gempa di Kelurahan Petobo, tanah berubah seperti lumpur hisap yang disebut debagai fenomena likuifaksi, menelan segala sesuatu yang ada di atasnya seperti bangunan, kendaraan, bahkan manusia. BNPB mencatat akibat serangkaian bencana alam tersebut 2.101 orang tewas, 1.373 orang hilang, dan 206.219 orang harus mengungsi.

Skala kerusakan yang terjadi di Palu dan Donggala sangat besar, hingga Presiden Joko Widodo memutuskan membuka keran bantuan dari internasional.

Oktober 2018, banjir bandang di Mandailing Natal, Sumatera Utara


Petugas menggunakan alat berat berusaha menggeser batu yang terbawa arus sungai pascabanjir bandang yang terjadi, di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal, Sumatera Utara. (Foto: Antara/Holik Mandailing)

Sembilan kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dihantam air bah disertai kayu dan bebatuan pada Jumat sore, 12 Oktober 2018.

Banjir bandang tersebut disebabkan oleh sungai yang tak mampu menampung debit air yang besar. BNPB mencatat 17 orang meninggal dunia, di mana di antaranya merupakan siswa SD, dua orang dinyatakan hilang, dan 534 orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal.

Desember 2018, tsunami Selat Sunda


Kawasan Lampung Selatan hancur akibat tsunami (Foto: Antara/Ardiansyah)

Baca juga: Kesaksian Nelayan Korban Tsunami, Lihat Tiang Listrik Tertutup Gelombang Laut

Selang sebulan dari peristiwa banjir di Sumut, di penghujung tahun, tanpa peringatan gelombang tsunami menerjang pesisir barat Pulau Jawa dan Lampung pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 pukul 21.30 WIB.

Bencana tersebut menjadi polemik karena tidak adanya peringatan dini tsunami yang diberikan kepada warga. BMKG sendiri telah menyatakan gelombang yang menerjang sebagai ombak pasang, sebelum akhirnya meralat dan mengonfirmasi terjadinya tsunami. 

BMKG dan Badan Geologi mengatakan bahwa tsunami Selat Sunda terjadi akibat adanya longsor Gunung Anak Krakatau setelah gunung tersebut mengalami erupsi pada Sabtu malam.

Korban tewas akibat tsunami di antaranya tiga personel grup band Seventeen yang saat itu tengah tampil dalam acara family gathering di Tanjung Lesung Beach Resort, Pandeglang, Banten.

Hingga Kamis (27 Desember 2018), 430 orang dinyatakan meninggal dunia, 159 orang hilang, sekitar 1.500 orang terluka, dan hampir 22 ribu warga mengungsi.

Penulis :
Noor Pratiwi