Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Laut Bukan Sekadar Statistik, Wamen Bappenas Tegaskan Laut adalah Urat Nadi Ekonomi Indonesia

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Laut Bukan Sekadar Statistik, Wamen Bappenas Tegaskan Laut adalah Urat Nadi Ekonomi Indonesia
Foto: Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard dalam agenda Grand Launch United IGCN (Indonesia Global Compact Network) Ocean Centres di Gedung Bappenas, Jakarta (sumber: ICGN)

Pantau - Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, menegaskan pentingnya peran laut sebagai urat nadi ekonomi Indonesia, bukan sekadar simbol geografis atau statistik semata.

Febrian menyampaikan hal tersebut dalam acara Grand Launch United IGCN Ocean Centres yang digelar di Gedung Bappenas, Jakarta, Selasa, 15 Juli 2025.

"Kita harus memahami bahwa kita sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, laut bukan sekedar pajangan, laut bukan sekedar statistik, tapi laut adalah urat nadi ekonomi Indonesia", ungkapnya.

Ia menyoroti bahwa sekitar 45 persen perdagangan global yang bernilai 15 triliun dolar Amerika Serikat melewati jalur laut, di mana sebagian besar rutenya melintasi perairan Indonesia.

Dengan luas wilayah laut mencapai 6,4 juta kilometer persegi dan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia menyimpan potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

Tahun ini, Indonesia mencatat hampir 7 juta ton hasil tangkapan ikan, yang menunjukkan kekayaan sumber daya laut yang sangat menjanjikan.

Febrian menegaskan bahwa laut Indonesia bisa menjadi penggerak utama ekonomi nasional apabila dikelola dengan baik.

Pilar Ekonomi Biru dalam Pembangunan Nasional

Dalam pernyataannya, Febrian mengungkapkan bahwa ada tiga pilar utama penggerak ekonomi laut nasional, yakni ekonomi biru, ekonomi pangan biru, dan karbon biru.

Namun, ia menekankan bahwa pemerintah tidak hanya ingin mengejar pertumbuhan ekonomi dari eksploitasi komoditas laut semata.

"Suatu hal yang tidak bisa kita tawar adalah masalah keselamatan. Keselamatan manusia, keselamatan aset, keselamatan lingkungan, dan yang tak kalah penting adalah keselamatan budaya yang harus menjadi pusat dari semua strategi kelautan", ia mengungkapkan.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa regenerasi sumber daya laut merupakan prioritas pemerintah agar kelestarian ekosistem laut tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, ekonomi biru telah ditetapkan sebagai bagian penting dari agenda besar pembangunan nasional.

Kebijakan ini juga sejalan dengan peta jalan ekonomi Indonesia 2045 yang mengedepankan keberlanjutan dan pemerataan manfaat ekonomi kelautan.

Beberapa fokus utama dalam pengembangan sektor kelautan nasional mencakup perbaikan tata kelola kelautan, penguatan industri perikanan, perluasan konservasi dan jasa ekosistem, efisiensi logistik maritim, peningkatan pariwisata bahari, pengembangan energi terbarukan, serta penciptaan inovasi teknologi kelautan.

"Kita ingin laut kita menjadi sumber pangan, sumber energi, sumber air, dan stabilitas ekosistem yang seluruhnya kita (berikan) untuk rakyat", tegas Febrian.

Penulis :
Shila Glorya