
Pantau - Musim liburan sekolah tahun 2025 kembali mendorong pertumbuhan konsumsi domestik di Indonesia, terutama pada sektor perjalanan, dokumentasi, dan hiburan, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap pengalaman yang bersifat personal, emosional, dan layak dibagikan.
Liburan Kini Soal Momen, Bukan Sekadar Jarak
Dalam Forum Power Lunch bertema “Peluang Bisnis di Musim Liburan Sekolah” yang digelar oleh GDP Venture, berbagai pelaku industri seperti tiket.com, SweetEscape, Galeri Indonesia Kaya (GIK), dan Lokadata.id menyampaikan temuan dan tren terbaru dari perilaku konsumen selama masa liburan.
tiket.com mencatat lonjakan signifikan selama liburan sekolah 2025.
Transaksi akomodasi naik 79 persen, atraksi wisata naik 45 persen, dan tiket penerbangan naik 38 persen.
Secara keseluruhan, transaksi di tiket.com pada paruh pertama 2025 naik 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, didorong oleh tren micro-break atau liburan singkat dari rutinitas.
Gaery Undarsa dari tiket.com mengatakan bahwa sebelum pandemi, masyarakat cenderung menunggu libur panjang untuk bepergian.
Namun kini, perjalanan singkat, konser, atau aktivitas hiburan akhir pekan menjadi pilihan utama masyarakat untuk beristirahat sejenak.
Suwandi Ahmad dari Lokadata.id menegaskan bahwa masyarakat kini memasuki era experience economy, di mana liburan dipandang sebagai sarana untuk mencari pengalaman bermakna, bukan sekadar melepas lelah.
“Hari ini, nilai liburan tidak hanya soal lokasi atau harga, tetapi tentang cerita yang bisa dibawa pulang dan dibagikan”, jelasnya.
Survei Lokadata.id menunjukkan bahwa masyarakat lebih memprioritaskan aktivitas dengan dampak emosional tinggi seperti konser, pertunjukan budaya, dan perjalanan singkat dibanding pembelian barang.
Pengeluaran selama konser atau pertunjukan juga tercatat lebih besar daripada harga tiketnya, menandakan bahwa nilai dari sebuah pengalaman kini semakin dihargai.
Dokumentasi Jadi Prioritas, GIK dan SweetEscape Raup Peminat
Perubahan pola pengambilan keputusan liburan keluarga juga mulai terlihat.
Jika sebelumnya ditentukan oleh ibu atau nenek, kini keputusan diambil lebih kolektif oleh seluruh anggota keluarga.
Hal ini memperkuat pernyataan tiket.com bahwa motivasi perjalanan tak lagi soal jarak, melainkan soal makna momen.
Galeri Indonesia Kaya (GIK) muncul sebagai destinasi liburan edukatif dan interaktif.
Seluruh pertunjukan di GIK bersifat gratis, namun tetap berhasil menarik hingga 27.000 pengunjung selama masa liburan.
Renitasari Adrian dari GIK menyatakan bahwa fenomena “war tiket” juga terjadi untuk pertunjukan gratis karena masyarakat ingin menjadi bagian dari momen sosial.
GIK juga memperkuat fungsi edukasi melalui konten digital interaktif seperti cerita rakyat Lutung Kasarung dan Empat Raja.
Dua pertunjukan musikal berbayar yang digelar GIK bersama mitra, yakni Keluarga Cemara dan Petualangan Sherina, berhasil menarik lebih dari 43.000 penonton dalam durasi total 45 hari pertunjukan.
“Menonton teater kini dianggap keren dan mencerminkan ketertarikan pada konten cerdas dan bernilai budaya”, ujar Renitasari.
Sementara itu, SweetEscape mencatat lonjakan permintaan layanan fotografi sebesar lebih dari 35 persen selama liburan sekolah.
David Soong dari SweetEscape mengungkap bahwa dokumentasi kini bergeser dari tempat wisata populer ke lokasi yang lebih personal seperti vila dan ruang terbuka.
Fotografer SweetEscape kini juga berperan sebagai pemandu lokal yang menunjukkan spot estetik dan Instagramable.
Konsumen ingin segera membagikan momen liburannya di media sosial, sehingga SweetEscape menjamin hasil foto yang telah diedit dapat diunduh maksimal dalam 48 jam, bahkan sering kali keesokan harinya.
Data internal SweetEscape menunjukkan tiga destinasi paling diminati selama liburan 2025 adalah Bali, Sydney, dan Singapura, sejalan dengan tren perjalanan jarak dekat (short haul) yang juga dicatat oleh tiket.com.
- Penulis :
- Aditya Yohan