billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ekonom: Risiko Outflow Terkendali Jika BI-Rate Dipangkas 25 Bps, Asal Disertai Bauran Kebijakan

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Ekonom: Risiko Outflow Terkendali Jika BI-Rate Dipangkas 25 Bps, Asal Disertai Bauran Kebijakan
Foto: (Sumber: Arsip Foto - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede pasca penyelenggaraan Public Expose atau Paparan Publik di Jakarta, Jumat (7/3/2025). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas/am..)

Pantau - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai bahwa risiko arus keluar modal (outflow) masih berada dalam kategori terkendali apabila Bank Indonesia memangkas BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur Oktober 2025.

Risiko Terkendali, Asal Disertai Langkah Pendukung

“Risiko outflow cenderung relatif manageable untuk pemangkasan kecil (25 bps) asalkan dibarengi bauran kebijakan yang agresif,” ujar Josua dalam pernyataannya.

Ia menyarankan agar kebijakan pemangkasan suku bunga disertai dengan intervensi terukur di pasar spot dan DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), sebagaimana yang pernah dilakukan Bank Indonesia saat menghadapi tekanan outflow besar sebelumnya.

Selain itu, BI juga perlu menjaga daya tarik instrumen berdenominasi rupiah jangka pendek, seperti SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dan SBN (Surat Berharga Negara).

Langkah ini dilakukan melalui operasi pasar dan panduan imbal hasil yang jelas, agar investor tetap tertarik dan tidak menarik dana secara bersamaan.

Josua menambahkan bahwa stabilitas eksternal juga dapat diperkuat melalui peningkatan cadangan devisa, baik lewat penarikan pinjaman bilateral/multilateral maupun penerbitan obligasi valas pemerintah.

Ia menekankan bahwa komunikasi kebijakan juga memegang peran penting.

Bank Indonesia perlu menyampaikan narasi yang tegas bahwa pemangkasan suku bunga merupakan kalibrasi terukur, bukan sinyal pelonggaran jangka panjang.

“Arah kebijakan harus tetap data-dependent, bukan pelonggaran yang tak terbatas,” jelas Josua.

Faktor Inflasi dan Likuiditas Jadi Pertimbangan Utama

Josua memperkirakan bahwa kemungkinan besar BI akan menurunkan suku bunga ke 4,50 persen karena sejumlah alasan utama:

Inflasi inti terkendali

Suku bunga riil masih tergolong tinggi

Ekspektasi inflasi tetap rendah, sehingga pemangkasan tidak akan mengganggu stabilitas harga

Di sisi lain, permintaan domestik yang belum sepenuhnya pulih dapat terdorong dengan penurunan suku bunga, yang berpotensi meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan kredit.

Kondisi likuiditas perbankan yang membaik juga memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.

Josua menilai bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah saat ini masih relatif terjaga, didukung oleh:

Surplus neraca perdagangan komoditas

Intervensi aktif BI di pasar spot dan DNDF

Revaluasi cadangan devisa

BI Bisa Saja Tahan Bunga, Tergantung Kondisi Global dan Domestik

Meski ruang pemangkasan terbuka, Josua juga membuka kemungkinan bahwa BI tetap mempertahankan BI-Rate di 4,75 persen karena beberapa pertimbangan.

Salah satunya adalah untuk menjaga persepsi pasar, agar tidak dianggap toleran terhadap potensi pelemahan rupiah.

Selain itu, BI mungkin memilih menunggu kepastian arah kebijakan The Fed, karena jadwal FOMC berdekatan dengan RDG BI.

Faktor lainnya termasuk upaya mengelola arus portofolio dan likuiditas, khususnya di tengah jatuh tempo SRBI periode Oktober–November.

Secara keseluruhan, Josua menegaskan bahwa keputusan BI akan didasarkan pada kombinasi faktor, yaitu:

  • Stabilitas pasar
  • Kondisi inflasi
  • Daya saing aset rupiah
  • Dinamika ekonomi global dan domestik
Penulis :
Aditya Yohan