
Pantau - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mendatangi Rumah Duka Sentosa di Kompleks RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pada Rabu siang (30/7), untuk melayat dan menyampaikan belasungkawa atas wafatnya ekonom senior dan tokoh bangsa, Kwik Kian Gie.
Suasana Duka dan Kehadiran Tokoh Nasional
Presiden Prabowo tiba di rumah duka sekitar pukul 13.30 WIB didampingi oleh sejumlah pengawal pribadi.
Setibanya di lokasi, Presiden langsung menuju ruang persemayaman jenazah melalui pintu B untuk menyampaikan doa dan ucapan duka kepada keluarga almarhum.
Suasana duka menyelimuti area rumah duka.
Ratusan karangan bunga ucapan belasungkawa terlihat memenuhi jalur masuk hingga halaman utama RSPAD.
Karangan bunga tersebut berasal dari berbagai tokoh nasional, di antaranya Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Gibran Rakabuming, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra, Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, serta Ketua Dewan Perekonomian Nasional Luhut Binsar Pandjaitan.
Kiprah dan Warisan Pemikiran Kwik Kian Gie
Kwik Kian Gie wafat pada Senin malam, 28 Juli 2025, di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, pada usia 90 tahun.
Menurut keterangan Politikus PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, Kwik sempat dirawat selama beberapa minggu akibat gangguan pencernaan.
Jenazah kemudian disemayamkan di RSPAD sebelum dikremasi pada Kamis, 31 Juli 2025 pukul 11.00 WIB dalam upacara yang hanya akan dihadiri keluarga.
Kwik Kian Gie merupakan ekonom senior keturunan Tionghoa yang memiliki rekam jejak panjang dalam dunia politik dan ekonomi nasional, mulai dari masa Orde Baru hingga era Reformasi.
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada masa Presiden Abdurrahman Wahid dan Menteri Koordinator Perekonomian pada era Presiden Megawati Soekarnoputri.
Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Pria kelahiran Juwana, Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935 ini dikenal luas sebagai pemikir kritis dan ideolog bangsa yang kerap menyuarakan gagasan alternatif di tengah arus utama kebijakan ekonomi nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti