
Pantau - Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta mengimbau warga agar tidak memandang pernikahan sebagai beban, melainkan sebagai proses kehidupan yang bisa dijalani secara sehat, setara, dan bertanggung jawab.
Kepala Dinas PPAPP DKI Jakarta, Iin Mutmainnah, menyatakan bahwa kesiapan yang baik akan membuat keputusan menikah menjadi lebih bijak dan berkontribusi pada ketahanan keluarga.
"Agar warga Jakarta melihat pernikahan bukan sebagai beban, tetapi sebagai proses kehidupan yang bisa dijalani secara sehat, setara, dan bertanggung jawab jika dipersiapkan dengan baik," ujarnya.
Program GenRe dan Kesadaran Urban
Melalui Program Generasi Berencana (GenRe), Dinas PPAPP mendorong remaja untuk merencanakan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan berkeluarga sejak dini.
Tujuannya agar mereka membentuk keluarga yang berkualitas tanpa rasa takut atau kekhawatiran berlebihan.
"Dengan kesiapan yang holistik dan dukungan lingkungan yang kondusif diharapkan setiap individu dapat mengambil keputusan berkeluarga secara bijak dan berkontribusi pada penguatan ketahanan keluarga di Jakarta," kata Iin.
Ia menekankan bahwa keputusan menikah kini dianggap sebagai langkah penting yang memerlukan persiapan matang, terutama di tengah perubahan sosial masyarakat urban.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendorong warga untuk mengambil keputusan besar seperti menikah dan memiliki anak secara tenang dan yakin, bukan karena tekanan eksternal.
"Dengan kesiapan yang cukup dan dukungan yang tepat, warga Jakarta bisa membangun keluarga yang kuat, sehat dan berdaya," ujarnya.
Data dan Perubahan Sosial
Data dari Dinas Dukcapil DKI Jakarta menunjukkan bahwa dari total 7.781.073 penduduk, sebanyak 2.098.685 orang berusia 19 tahun ke atas belum menikah.
Dari jumlah itu, 1.201.827 adalah laki-laki dan 896.858 adalah perempuan.
Rata-rata laki-laki di Jakarta menikah pada usia 30–31 tahun, sedangkan perempuan pada usia 27–28 tahun.
Iin menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari perubahan sosial yang wajar di kota besar.
"Menunda pernikahan tidak selalu berarti ada ketakutan, tetapi lebih pada meningkatnya kesadaran individu dalam mempersiapkan kehidupan pernikahan secara lebih matang," tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan