
Pantau - Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Presiden Prabowo Subianto dalam memberikan abolisi kepada Tom Lembong dan amnesti kepada Hasto Kristiyanto. Menurutnya, kebijakan ini mencerminkan kepemimpinan yang bersifat pemersatu dan bernapaskan kenegarawanan.
Kepemimpinan untuk Merangkul, Bukan Mengucilkan
Bamsoet menilai bahwa keputusan Presiden Prabowo untuk menggunakan hak konstitusional dalam bentuk abolisi dan amnesti merupakan langkah strategis yang lahir dari keberanian moral serta visi kenegaraan yang jauh ke depan.
"Abolisi dan amnesti yang diberikan Presiden Prabowo menunjukkan bahwa kekuasaan digunakan untuk merangkul, bukan mengucilkan. Untuk menyatukan, bukan memecah belah," ujarnya.
Menurutnya, abolisi terhadap Tom Lembong menjadi sinyal keterbukaan terhadap kelompok profesional kritis yang sebelumnya berada di luar lingkar kekuasaan pemerintahan.
Sementara amnesti kepada Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dinilai sebagai bentuk itikad baik membuka ruang dialog politik dengan kekuatan utama yang berada di posisi oposisi.
"Ini bukan tentang kompromi politik, tetapi konsolidasi nasional. Presiden memahami bahwa di tengah tantangan global dan domestik, Indonesia membutuhkan persatuan elite untuk menjaga arah pembangunan menuju 2045," tambah Bamsoet.
Rekonsiliasi sebagai Jalan Stabilitas Nasional
Bamsoet juga menekankan bahwa dalam sejarah politik Indonesia, langkah-langkah rekonsiliasi telah terbukti mampu menjadi pemicu stabilitas dan kebangkitan nasional.
Ia mencontohkan kebijakan Presiden BJ Habibie pada 1999 yang memberikan amnesti kepada sejumlah tahanan politik Orde Baru sebagai tonggak penting dalam konsolidasi demokrasi pascareformasi.
Langkah serupa yang diambil Presiden Prabowo dinilai sangat relevan dengan konteks hari ini, ketika Indonesia tengah menghadapi tantangan geopolitik global serta tekanan ekonomi dan sosial dari dalam negeri.
Ia menyebut keputusan tersebut sebagai bentuk kekuatan moral seorang pemimpin yang memilih menjadi simbol pemersatu.
"Sebagaimana Abraham Lincoln pernah menolak mendiskriminasi bekas musuhnya dalam Perang Sipil Amerika Serikat, Presiden Prabowo kini mengambil posisi sebagai pemersatu bangsa, bukan sebagai penjaga tembok pemisah," tutup Bamsoet.
- Penulis :
- Aditya Yohan