billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Peneliti BRIN Ungkap Ciri dan Risiko Long COVID yang Masih Mengancam Pascapandemi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Peneliti BRIN Ungkap Ciri dan Risiko Long COVID yang Masih Mengancam Pascapandemi
Foto: (Sumber: Warga mengikuti vaksinasi COVID-19 dosis keempat di Balai Kota Jakarta. ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/am.)

Pantau - Long COVID masih menjadi ancaman kesehatan di masa pascapandemi COVID-19, dengan gejala yang dapat menetap hingga berbulan-bulan, ungkap Peneliti Pusat Riset Biomedis BRIN, Dr. Hotma Martogi.

Gejala dan Kriteria Long COVID

Hotma menjelaskan, long COVID adalah kondisi di mana gejala mirip COVID-19 tidak hilang setelah fase akut.

"Fase ini yang disebut sebagai fase pasca-akut, atau bisa disebut sebagai long COVID," kata Hotma.

Gejalanya bervariasi, mulai dari satu keluhan seperti sesak napas atau kelelahan (fatigue), hingga kombinasi beberapa gejala sekaligus.

"Fatigue paling banyak ditemui pada populasi long COVID, diikuti dengan sesak nafas dan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)," ujarnya.

Menurut kriteria WHO, long COVID ditandai dengan riwayat infeksi SARS-CoV-2, gejala muncul atau berlanjut minimal tiga bulan sejak awal serangan, berlangsung sedikitnya dua bulan, dan tidak ada penyebab lain yang jelas.

Gejala dapat bersifat kambuhan atau menetap.

Faktor Risiko dan Pencegahan

Risiko long COVID lebih tinggi pada perempuan, lansia, penderita COVID-19 berat, pasien dengan lebih dari satu penyakit penyerta, pasien yang dirawat inap dalam waktu lama, serta individu dengan indeks massa tubuh tinggi atau obesitas.

"Perempuan itu lebih berisiko mengalami long COVID meskipun belum dapat dijelaskan secara pasti," ucap Hotma.

Prevalensi global long COVID pada 2025 tercatat 36%, di Asia 35%, dan di Indonesia 31–39%.

Data CDC pada 2022 menunjukkan 1 dari 5 orang dewasa di Amerika Serikat mengalami long COVID.

Hotma menyebut vaksinasi minimal dua dosis terbukti menurunkan risiko long COVID dengan mengurangi keparahan infeksi, menghambat replikasi virus, dan mencegah persistensi virus.

"Vaksin mengawal sistem imun dengan mengenali SARS-CoV-2 sehingga mempercepat proses netralisasi dan eliminasi," kata Hotma.

Penulis :
Aditya Yohan