Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Komisi XII DPR Dorong NTT Jadi Pusat PLTS Nasional, Potensi Capai 20 Gigawatt

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Komisi XII DPR Dorong NTT Jadi Pusat PLTS Nasional, Potensi Capai 20 Gigawatt
Foto: (Sumber: NTT Dinilai Ideal Jadi Pusat Tenaga Surya Nasional)

Pantau - Komisi XII DPR RI menilai Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat ideal untuk dikembangkan menjadi pusat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berskala besar di Indonesia, karena didukung oleh kondisi geografis dan iklim yang mendukung.

"Daerah NTT ini sangat bagus untuk PLTS, karena curah mataharinya sangat bagus dan curah hujannya sangat rendah. Jadi sangat ideal untuk PLTS. NTT ini juga sangat bagus untuk solar farm karena banyak lahan-lahan yang tidak produktif, tidak bisa diapa-apakan. Lahan ini termasuk salah satu Capex (Capital Expenditure), jadi ketika lahan di sini lebih murah karena tidak produktif maka jauh lebih baik, mungkin nanti bisa dibangun untuk kebutuhan daerah sekitar," ungkap Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, saat kunjungan kerja ke PLTS Oelpuah, Kupang, Senin, 11 Agustus 2025.

Solar farm merupakan area luas yang dipenuhi panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dalam skala besar.

Listrik dari solar farm ini umumnya disalurkan ke jaringan listrik nasional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri.

NTT Disiapkan untuk Pusat Solar Farm Nasional

Sugeng menjelaskan bahwa konsumsi listrik per kapita Indonesia saat ini masih rendah, baru mencapai 1.300 kWh, jauh tertinggal dibandingkan rata-rata negara-negara ASEAN.

Oleh karena itu, pengembangan solar farm di NTT dipandang strategis untuk meningkatkan ketersediaan energi nasional.

"Di Pulau Sumbawa itu bisa kita bangun base load sampai 4 giga, nantinya akan dibangun solar farm hingga 20 giga dan butuh 20 hektar lebih," jelasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa hasil studi bersama akademisi dan pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan prospek positif bagi pengembangan PLTS di wilayah timur Indonesia tersebut.

Dengan memanfaatkan teknologi transmisi bawah laut, biaya listrik dari PLTS diproyeksikan bisa bersaing dengan energi berbasis gas.

"Itu bahkan masih base load, artinya ada storage yang menampung listrik ketika tidak digunakan karena tidak selalu matahari ada, jadi perlu disimpan jika produksinya berlebih," tambah Sugeng.

Pengembangan ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk ketahanan energi nasional dan mendorong pemanfaatan energi bersih secara lebih luas.

Penulis :
Aditya Yohan