
Pantau - Ribuan warga Jakarta memadati bantaran Kalimalang pada Minggu, 17 Agustus 2025, untuk menyaksikan panjat pinang khas Kalimalang, sebuah tradisi unik yang telah menjadi ikon perayaan Hari Kemerdekaan di ibu kota selama puluhan tahun.
Tradisi ini bukan sekadar lomba rakyat, melainkan simbol perjuangan kolektif dan pesta kebersamaan yang mempertemukan berbagai lapisan masyarakat dalam semangat gotong royong.
Format Unik dan Antusiasme Warga
Sejak pagi, bantaran Kalimalang sudah dipenuhi warga dari berbagai usia yang datang untuk merayakan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Panjat pinang Kalimalang memiliki format berbeda dari biasanya—batang pinang atau bambu dilumuri oli dan dibentangkan melintang di atas air, bukan ditegakkan secara vertikal.
Keriuhan dan sorak sorai mewarnai setiap upaya peserta meniti batang licin, terpeleset, lalu bangkit kembali.
Tepuk tangan dan gelak tawa penonton menambah semarak suasana, menciptakan ikatan emosional yang kuat di antara sesama warga.
Kegiatan ini digelar oleh pemuda dan warga setempat dengan dukungan dari organisasi Rampai Nusantara sebagai penyelenggara resmi perayaan 17-an.
Hadiah utama tahun ini berupa dua sepeda, disumbangkan langsung oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Namun, daya tarik utama panjat pinang Kalimalang bukan pada hadiahnya, melainkan pengalaman kolektif yang mempertemukan penonton dan peserta dalam satu momen kebangsaan yang hidup.
Warisan Nilai dan Simbol Perjuangan Bersama
Panjat pinang Kalimalang telah menjadi “kurikulum kebangsaan yang diajarkan tanpa papan tulis,” ungkap Mardiansyah Semar, Ketua Umum Rampai Nusantara.
Menurutnya, kemerdekaan bukan hadiah yang jatuh dari langit, melainkan hasil kerja keras dan kolaborasi yang penuh pengorbanan.
Nilai-nilai kebersamaan, saling bantu, dan daya juang tercermin jelas dalam strategi peserta panjat pinang: tubuh menjadi pijakan, tangan saling mengangkat, dan yang jatuh kembali didorong untuk bangkit.
Mardiansyah menegaskan bahwa HUT RI di Kalimalang harus terus dirawat sebagai tradisi rakyat yang menghidupkan semangat gotong royong, bukan hanya dikutip dalam pidato seremonial.
Di tengah geliat modernisasi dan urbanisasi, panjat pinang Kalimalang menjadi ruang bagi warga Jakarta untuk merayakan jati diri kolektif mereka, meruntuhkan sekat sosial, dan menghidupkan kembali makna kemerdekaan dalam bentuk yang paling nyata.
- Penulis :
- Aditya Yohan