billboard mobile
HOME  ⁄  Nasional

Undiksha dan Duta Bahasa Bali Lakukan Pengecekan Disleksia di Buleleng, Kembangkan Metode Intervensi SIGANDI

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Undiksha dan Duta Bahasa Bali Lakukan Pengecekan Disleksia di Buleleng, Kembangkan Metode Intervensi SIGANDI
Foto: Akademisi Undiksha Singaraja dan Tim Balai Bahasa Provinsi Bali saat melakukan pengecekan disleksia di Kabupaten Buleleng, Bali (sumber: ANTARA/HO-Dokumen Pribadi Trika Adi Ana)

antau - Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja bersama Duta Bahasa Provinsi Bali menggelar pengecekan disleksia di sejumlah sekolah dasar di Kabupaten Buleleng sebagai bentuk kepedulian terhadap tingginya jumlah siswa yang belum lancar membaca.

Pengecekan Disleksia di Tiga Sekolah

"Pengecekan dengan tes disleksia dan program intervensi dilaksanakan di SD Negeri 1 Banjar Tegal, SD Negeri 3 Banjar Tegal, dan SD Negeri 3 Kaliuntu ini melibatkan 10 anggota Duta Bahasa Provinsi Bali," kata Akademisi Undiksha I Ketut Trika Adi Ana.

Pemilihan sekolah dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Buleleng.

Pemeriksaan menggunakan tiga instrumen yang dikembangkan oleh Pusat Unggulan Pendidikan Inklusif dan Perdamaian Undiksha.

Instrumen tersebut berupa ceklis dan kuisioner yang diberikan kepada siswa yang belum lancar membaca, orang tua, serta wali kelas untuk memastikan konsistensi data.

"Hasilnya menunjukkan tidak semua anak yang belum lancar membaca mengalami kecenderungan disleksia. Ada faktor lain, seperti kurangnya media pembelajaran membaca yang menarik dan terstruktur, serta minimnya dukungan orang tua di rumah," ungkap Trika.

Pengembangan Instrumen Intervensi SIGANDI

Sebagai tindak lanjut, tim mengembangkan instrumen intervensi bernama SIGANDI (Stimulasi Multisensori bagi Anak yang Berpotensi Disleksia).

SIGANDI mengacu pada teori Orton-Gillingham yang menggabungkan strategi visual, auditori, kinestetik, dan taktil.

Media yang digunakan berupa buku cerita, papan huruf timbul, papan pasir untuk latihan menulis huruf, serta buku panduan bagi guru dan orang tua.

Keunikan SIGANDI terletak pada penggunaan font khusus TrikaIndoDyslexic dan pewarnaan berbeda pada setiap suku kata untuk mempermudah membaca.

"Pendekatan ini dirancang agar pembelajaran terasa interaktif, terstruktur, dan adaptif terhadap kebutuhan masing-masing anak," kata I Gusti Ayu Chintya Pradnyandewi.

Selama intervensi, kelas diubah menjadi suasana belajar menyenangkan dengan lagu ceria, permainan kata, dan aktivitas kreatif.

Hasil pra-test dan post-test menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam membedakan huruf dan bunyi mirip, serta kemampuan membaca yang lebih lancar.

Tim Duta Bahasa menilai keberhasilan bukan hanya dari skor tes, tetapi juga dari perubahan semangat anak.

"Mereka merasa membaca itu menyenangkan, bukan lagi menakutkan," kata salah satu anggota tim Duta Bahasa Bali.

Penulis :
Shila Glorya