billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kasus Anak Meninggal Akibat Infeksi Cacing di Sukabumi Dorong Mendesaknya Data Tunggal Sosial Ekonomi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Kasus Anak Meninggal Akibat Infeksi Cacing di Sukabumi Dorong Mendesaknya Data Tunggal Sosial Ekonomi
Foto: (Sumber: Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menjawab pertanyaan pewarta terkait penanganan keluarga dari bayi warga Sukabumi, Jawa Barat yang meninggal setelah sakit infeksi cacing hingga menyebar ke otak, di Jakarta, Kamis (21/8/2025). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo.)

Pantau - Wakil Menteri Sosial Agus Jabo menegaskan bahwa kasus meninggalnya RY (4) di Kabupaten Sukabumi akibat infeksi cacing merupakan bukti pentingnya keberadaan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dalam menjangkau keluarga miskin ekstrem.

“Keluarga dari kasus ini kemarin tidak masuk ke data DTSEN. Makanya kepala daerah melalui dinas sosial harus aktif memetakan kondisi masyarakat dan bekerja sama,” ujarnya saat ditemui selepas penutupan agenda Pembekalan Guru dan Kepala Sekolah Rakyat di Jakarta, Kamis.

Keluarga RY Tak Terdata, Bansos Tak Tersalur

Agus menyampaikan bahwa keluarga rentan seperti orang tua RY seharusnya segera masuk dalam basis data DTSEN agar bisa mendapatkan bantuan sosial maupun intervensi dari pemerintah.

Ia menyebut bahwa pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang tersebar di seluruh daerah memiliki tugas untuk memastikan keluarga berpenghasilan paling rendah (desil 1) terdata secara akurat.

“Yang penting masuk data dulu,” tegas Agus.

Menurutnya, dengan masuknya data ke DTSEN, intervensi bisa segera dilakukan oleh Kementerian Sosial maupun kementerian dan lembaga lainnya secara cepat dan berkelanjutan.

Kementerian Sosial saat ini telah turun tangan membantu keluarga korban.

Kakak RY yang berusia tujuh tahun sedang dalam proses asesmen untuk dipindahkan ke Sentra Phalamatra Kementerian Sosial di Sukabumi.

Kedua orang tua korban yang juga sedang sakit akan direhabilitasi oleh Kemensos.

“Jadi semua kita urus,” tambahnya.

RY Meninggal dalam Kondisi Tubuh Penuh Cacing

Sebelumnya, RY (4), bocah asal Kampung Padangenyang, Sukabumi, meninggal dunia pada 22 Juli 2025 dengan kondisi mengenaskan.

Tubuhnya dipenuhi cacing hidup hingga seberat 1 kilogram, bahkan hasil CT scan menunjukkan bahwa cacing dan telurnya telah menyebar ke otak.

RY berasal dari keluarga tidak mampu, dengan ayah yang sakit-sakitan dan ibu yang mengalami gangguan jiwa.

Mereka tinggal di rumah bilik panggung yang bagian bawahnya dipenuhi kotoran ayam, yang diduga menjadi sumber infeksi.

RY ditemukan oleh tim pegiat sosial dalam kondisi kritis dan sempat dilarikan ke rumah sakit.

Namun, upaya mencari bantuan biaya pengobatan ke berbagai lembaga tidak membuahkan hasil.

Gubernur Jabar Soroti Lemahnya Deteksi Dini

Kasus ini memicu keprihatinan luas, termasuk dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Dedi menyoroti kondisi lingkungan tempat tinggal keluarga RY yang sangat kotor serta lemahnya fungsi layanan dasar seperti posyandu, PKK, dan bidan desa dalam melakukan deteksi dini terhadap masalah kesehatan.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat kemudian mengevakuasi kedua orang tua RY untuk mendapatkan perawatan medis, karena turut mengidap penyakit tuberkulosis (TBC).

Penulis :
Aditya Yohan