Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Rupiah Melemah ke Rp16.339 per Dolar AS, Dipicu Ketahanan Ekonomi AS dan Defisit Neraca Pembayaran

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Rupiah Melemah ke Rp16.339 per Dolar AS, Dipicu Ketahanan Ekonomi AS dan Defisit Neraca Pembayaran
Foto: (Sumber: Sejumlah warga mengantre untuk menukarkan uang di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (17/4/2024). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU)

Pantau - Kurs rupiah dibuka melemah 51 poin atau 0,31 persen pada Jumat (22/8) di Jakarta menjadi Rp16.339 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.288 per dolar AS, seiring pengaruh kuat dari data ekonomi Amerika Serikat dan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah terjadi karena serangkaian indikator ekonomi AS menunjukkan ketahanan, sehingga mendukung penguatan dolar AS di pasar global.

Ekonomi AS Tunjukkan Ketahanan, Dorong Dolar Menguat

Data S&P Global menunjukkan indeks Manufacturing PMI AS naik signifikan ke level 53,3 pada Agustus 2025, dari 49,8 pada Juli.

Angka ini melampaui ekspektasi pasar sebesar 49,5 dan menjadi level tertinggi sejak Mei 2022.

"Kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan pesanan baru yang kuat dan menunjukkan pemulihan sektor manufaktur AS," ujar Josua.

Di sisi lain, sektor jasa tetap tangguh, meskipun Services PMI turun tipis menjadi 55,4 dari sebelumnya 55,7.

Namun, angka ini masih jauh di atas konsensus pasar sebesar 54,2, menandakan sektor jasa AS masih tumbuh solid.

Penjualan rumah existing juga tercatat naik 2 persen secara bulanan pada Juli menjadi 4,01 juta unit, tertinggi sejak Februari 2025 dan melebihi proyeksi pasar sebesar 3,92 juta unit.

Selain itu, biaya input yang tinggi mendorong perusahaan menaikkan harga jual dengan laju tercepat dalam tiga tahun terakhir.

"Indeks harga yang dibayar naik 8 poin menjadi 66,8 pada Agustus 2025, level tertinggi sejak Mei 2022," tambah Josua.

Meskipun pasar tenaga kerja AS masih menguat, initial jobless claims meningkat sebesar 11 ribu menjadi 235 ribu, tertinggi sejak 2021 dan di atas ekspektasi 225 ribu.

Defisit NPI dan Ketidakpastian Global Tambah Tekanan ke Rupiah

Dari dalam negeri, tekanan tambahan datang dari rilis NPI kuartal II 2025 yang menunjukkan defisit sebesar 6,74 miliar dolar AS, naik tajam dari 0,79 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya.

"Pelebaran defisit tersebut disebabkan oleh pelebaran defisit pada neraca transaksi berjalan maupun neraca transaksi finansial, dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat Trade War 2.0 serta eskalasi ketegangan geopolitik," jelas Josua.

Defisit transaksi berjalan tercatat naik menjadi 3,01 miliar dolar AS atau setara -0,84 persen dari PDB pada kuartal II 2025, dari sebelumnya 0,23 miliar dolar AS atau -0,07 persen pada kuartal I.

Tekanan terhadap rupiah juga semakin kuat menjelang simposium tahunan Jackson Hole yang digelar oleh The Federal Reserve.

Simposium ini diperkirakan akan menjadi panggung bagi The Fed untuk memberi sinyal arah kebijakan suku bunga AS selanjutnya.

Josua memperkirakan bahwa hari ini rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.225 hingga Rp16.375 per dolar AS.

 

Penulis :
Aditya Yohan