billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Perdosni Tegaskan Pentingnya Kesehatan Otak sebagai Fondasi SDM Unggul dan Ketahanan Nasional

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Perdosni Tegaskan Pentingnya Kesehatan Otak sebagai Fondasi SDM Unggul dan Ketahanan Nasional
Foto: (Sumber: Seminar dalam Mukernas Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) dengan pembicara, antara lain Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti (tengah), Kepala Pusat Pembiayaan Kesehatan Kemenkes Ahmad Irsan A Moeis (kedua kiri), dan Ketua PERSI Bambang Wibowo (kiri) di salah satu hotel di Bandung, Sabtu (23/8/2025). ANTARA/Ricky Prayoga)

Pantau - Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) menekankan pentingnya menjaga kesehatan otak sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia, dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) 2025 yang digelar di Bandung pada 22–24 Agustus 2025.

Mukernas Perdosni tahun ini mengangkat tema “Otak Sehat, Negara Kuat” yang menyoroti keterkaitan langsung antara kesehatan otak dan ketahanan sosial, ekonomi, budaya, serta politik bangsa.

Ketua Pengurus Pusat Perdosni, Dodik Tugasworo, menyampaikan bahwa otak yang sehat melahirkan SDM yang cerdas, inovatif, dan mampu bersaing secara global.

Stroke dan Demensia Jadi Ancaman Serius Kesehatan Nasional

Dodik mengungkapkan bahwa meningkatnya penyakit otak dan saraf seperti stroke, demensia, epilepsi, dan gangguan sistem saraf lainnya dapat menjadi beban besar bagi keluarga, masyarakat, dan sistem kesehatan nasional.

“Otak adalah pusat pengendali semua fungsi tubuh. Gangguan pada fase kritis perkembangan otak berdampak panjang terhadap kemampuan belajar, produktivitas kerja, dan kualitas hidup di usia tua,” jelasnya.

Menurut Dodik, kesehatan otak harus dipandang sebagai bagian integral dari ketahanan nasional, bukan hanya persoalan medis semata.

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi stroke sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dengan insiden nasional sebesar 158,47 per 100.000 penduduk.

Stroke menjadi penyebab utama disabilitas (11,2 persen) dan kematian (18,5 persen) di Indonesia, serta menempati posisi ketiga tertinggi dalam beban biaya penyakit katastropik dengan angka mencapai Rp5,2 triliun menurut Kemenkes 2023.

Demensia juga disebut sebagai ancaman besar terhadap kesehatan otak, ditandai dengan penurunan daya ingat, logika berpikir, dan fungsi kognitif lainnya.

WHO mencatat lebih dari 55 juta orang di dunia hidup dengan demensia pada 2021, sementara di Indonesia jumlahnya diperkirakan mencapai 1,8 juta orang.

Penelitian lokal di Jatinangor mencatat prevalensi demensia sebesar 29,15 persen pada lansia, dan di wilayah Jabotabek prevalensinya sebesar 3,5 persen.

Perdosni Usulkan Strategi Nasional Kesehatan Otak

Dodik menegaskan bahwa gangguan neurologis yang tidak ditangani secara sistematis dapat menghambat produktivitas dan menurunkan daya saing bangsa.

“Meskipun SDM, alat kesehatan, dan obat-obatan neurologi terus meningkat, kendala distribusi dan aksesibilitas masih menjadi hambatan besar, terutama di daerah terpencil,” ungkapnya.

Perdosni menilai perlu adanya strategi nasional untuk memperkuat infrastruktur kesehatan otak.

Strategi tersebut mencakup pengembangan teknologi diagnostik, pengadaan obat-obatan terkini, serta pelaksanaan program pencegahan berbasis masyarakat.

Ia menambahkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai sejak dalam kandungan hingga lansia, sehingga pendekatan holistik dari hulu ke hilir perlu diterapkan dalam sistem kesehatan nasional.

"Pasien dengan stroke atau demensia sering kehilangan kemampuan untuk bekerja. Bila yang terdampak adalah tulang punggung keluarga, beban finansial dan psikologis ditanggung berlapis oleh keluarga, masyarakat, dan negara," ujar Dodik.

Perdosni pun mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama menanggulangi tantangan di bidang neurologi secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Penulis :
Aditya Yohan