Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ribuan Kiai, Santri, dan Ojol Gelar Doa Bersama di Surabaya untuk Jaga Keutuhan Bangsa

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Ribuan Kiai, Santri, dan Ojol Gelar Doa Bersama di Surabaya untuk Jaga Keutuhan Bangsa
Foto: (Sumber: Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) dan ojol Jatim saat menggelar doa bersama di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Rabu (3/9/2025). ANTARA/Willi Irawan)

Pantau - Ribuan kiai dan santri dari Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) bersama para pengemudi ojek online (ojol) menggelar doa bersama di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya pada Rabu, 3 September 2025, sebagai ikhtiar menjaga kedamaian dan keutuhan bangsa.

Doa Bersama Jadi Bentuk Perlawanan terhadap Provokasi

Kegiatan ini diprakarsai oleh Ketua Umum JKSN, Prof KH Asep Saifuddin Chalim, yang menyebut bahwa doa bersama merupakan gerakan penopang bangsa agar tidak mudah terprovokasi dan tetap menjaga persatuan.

"Kalau negara ini isinya provokator, maka akan hancur. Maka harus ada kelompok penopang yaitu mereka yang bertanggung jawab ikut menjaga keberadaan Indonesia," ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa dalam Al-Qur’an, Allah telah menitipkan bumi kepada hamba-hamba-Nya yang saleh untuk dijaga keberlangsungannya.

Menurutnya, kegiatan ini adalah bentuk ikhtiar spiritual dan sosial untuk menolak provokasi yang bisa memecah belah bangsa.

"Doa semacam ini penting agar provokator semakin mengecil dan hilang. Kita harus membela pemerintahan yang sah," tegasnya.

Peringatan Kiai Asep terhadap Masyarakat dan Generasi Muda

Kiai Asep mengingatkan bahwa provokator sering kali muncul dengan menyebarkan isu-isu menyesatkan untuk melemahkan bangsa.

Ia menyoroti bahwa kelompok provokatif kerap menuduh pihak baik sebagai koruptor, padahal justru mereka yang merugikan negara.

"Paling berteriak maling itu justru maling. Jangan sampai masyarakat termakan provokasi seperti ini," ia mengungkapkan.

Ia juga mengimbau masyarakat, khususnya generasi muda, agar tidak menjadi alat provokasi dari kelompok yang ingin mengacaukan stabilitas nasional.

"Anak-anak kecil jangan sampai dijadikan alat provokasi. Kita semua harus introspeksi diri dan bersama-sama menjaga bangsa ini," pesannya.

Lebih lanjut, Kiai Asep menuding bahwa gerakan provokatif kerap didukung oleh kepentingan asing dan kelompok tertentu yang terusik dengan kepemimpinan saat ini.

"Apakah di tambang ilegal, minyak, atau perkebunan, mereka terusik dengan kepemimpinan sekarang. Karena itu mereka memunculkan provokator. Namun masyarakat sudah paham," jelasnya.

Doa bersama ini menjadi contoh bahwa gerakan spiritual dapat memperkuat ketahanan sosial dan menjadi dukungan nyata terhadap pemerintah dan aparat keamanan.

Penulis :
Aditya Yohan