
Pantau - Tragedi kebakaran dan penjarahan melanda Gedung DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada akhir Agustus 2025, menyebabkan kerusakan parah dan hilangnya seluruh dokumen serta aset kantor. Namun di tengah kehancuran fisik, demokrasi di NTB tetap hidup—dari sebuah garasi kendaraan.
Gedung Hangus, Garasi Jadi Ruang Aspirasi
Insiden yang terjadi tersebut menghancurkan seluruh struktur gedung DPRD NTB.
Selain bangunan yang luluh lantak, seluruh dokumen terbakar habis dan inventaris kantor dijarah, dengan kerugian ditaksir mencapai puluhan miliar rupiah.
Tidak ada lagi ruang rapat, ruang komisi, musholla, ataupun rumah dinas yang bisa difungsikan secara normal.
Namun, para anggota DPRD NTB tidak menyerah.
Sebagai bentuk keteguhan dalam menjalankan amanah rakyat, mereka memutuskan untuk menjadikan garasi kendaraan sebagai ruang rapat sementara.
Garasi yang sebelumnya berfungsi sebagai tempat parkir kini diubah menjadi ruang aspirasi rakyat, membuktikan bahwa fungsi representasi tidak bergantung pada kemegahan gedung, tetapi pada komitmen dan integritas wakil rakyat.
Langkah ini menjadi simbol kuat bahwa demokrasi tidak ditentukan oleh kemewahan, melainkan oleh kehadiran dan keberpihakan terhadap rakyat.
Tragedi Jadi Titik Balik Representasi Rakyat
Ketua DPRD NTB, Baiq Isvie Rupaeda, menyebut tragedi tersebut sebagai momentum introspeksi, bukan semata-mata musibah.
Ia mengakui bahwa selama ini mungkin ruang aspirasi terlalu sempit, dan bahwa mekanisme dialog antara rakyat dan wakilnya belum terbangun dengan kuat.
"Jika penyampaian aspirasi berubah menjadi amuk massa, maka ada yang perlu diperbaiki — bukan untuk membenarkan kekerasan, tetapi untuk menyadari perlunya membuka kanal komunikasi rakyat yang lebih luas," ujarnya.
Kerusakan gedung kini dimaknai sebagai peluang untuk memperbaiki kualitas representasi, bukan sekadar membangun kembali struktur fisik.
Dari garasi sederhana inilah, DPRD NTB memulai tradisi baru dalam berdemokrasi, yakni:
- Membangun kultur kedekatan antara parlemen dan rakyat
- Meningkatkan keterbukaan dan transparansi kerja legislatif
- Merespons aspirasi masyarakat secara cepat dan nyata
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa esensi lembaga legislatif bukan pada gedung, melainkan pada fungsinya sebagai pelayan dan representasi rakyat.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf