Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menteri LH: Tutupan Hutan Minim Jadi Salah Satu Penyebab Banjir di Bali

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menteri LH: Tutupan Hutan Minim Jadi Salah Satu Penyebab Banjir di Bali
Foto: (Sumber: Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq bahas alasan lanskap salah satu penyebab banjir besar di Bali, Tabanan, Sabtu 13/9/2025. (ANTARA/Pande Yudha))

Pantau - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyatakan bahwa minimnya tutupan hutan menjadi salah satu penyebab utama banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Bali, termasuk Denpasar, Badung, Gianyar, dan Jembrana.

Lanskap dan Tata Ruang Bali Harus Segera Dibenahi

Pernyataan tersebut disampaikan Hanif saat meninjau langsung lokasi terdampak banjir di Tabanan, Bali, pada Sabtu (13/9/2025).

Ia menekankan bahwa kawasan hulu di Bali, terutama dari wilayah utara hingga Gunung Batur, memiliki tutupan hutan yang sangat kecil.

"Lanskap kita untuk Bali ke atas (utara) sampai Gunung Batur ini tutupan hutannya sangat kecil, kurang dari 4 persen, jadi dari 49 ribu hektare daerah aliran sungainya, yang ada tutupannya kurang dari 1.200 hektare. Ini sangat kecil, ya pohonnya, jadi kita harus mengubah semua detail rencana lanskap kita," ungkapnya.

Selain itu, alih fungsi lahan secara masif juga menyebabkan semakin minimnya area resapan air, yang memperparah risiko banjir.

Kementerian Lingkungan Hidup saat ini masih menunggu hasil pengujian dan pemetaan lanskap serta tata ruang dari Gubernur Bali.

Pemerintah pusat menyatakan siap mendampingi Pemerintah Provinsi Bali, termasuk dalam penegakan hukum dan penguatan tata kelola lingkungan hidup.

"Langkah konkretnya kita akan memitigasi, memberikan arah semacam kajian hidup strategis yang harus menjadi rujukan Pemprov Bali dan di bawahnya (kebijakan pendukung) harus kita lakukan, kemudian kami tetap dalami hal yang menyebabkan penguatan kerusakan lingkungan," jelas Hanif.

Moratorium Pembangunan dan Permasalahan Sampah

Hanif juga membuka opsi moratorium pembangunan di Bali, mengingat tingginya populasi manusia yang tidak seimbang dengan daya dukung lingkungan.

Ia menegaskan bahwa banjir besar pada Selasa (9/9) terjadi akibat curah hujan ekstrem, diperparah dengan buruknya pengelolaan lingkungan.

Masalah pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah turut disoroti, terutama karena menyebabkan sumbatan pada saluran drainase di wilayah terdampak.

"Beberapa kebijakan provinsi terus kami monitor, mulai dari pelarangan air kemasan, kemudian pengurangan sampah dari hulu, membatasi penggunaan plastik sekali pakai, ini berbagai macam, kalau tidak didukung kita semua tidak akan selesai, perlu menggerakkan semua komponen," ujarnya.

Hanif menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan semua pihak agar persoalan lingkungan di Bali dapat diselesaikan secara menyeluruh dan mencegah bencana serupa terulang di masa depan.

Penulis :
Aditya Yohan