
Pantau - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) terus mendorong gerakan literasi melalui Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang kini telah melibatkan lebih dari delapan juta orang di seluruh Indonesia.
Perpustakaan Jadi Ruang Kreativitas dan Pemberdayaan
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menyatakan bahwa TPBIS hadir untuk mengubah stigma lama terhadap perpustakaan yang selama ini hanya dianggap sebagai ruang membaca.
"TPBIS memfasilitasi literasi tingkat tinggi, yaitu kreativitas masyarakat," tegas Aminudin.
Ia menjelaskan bahwa tingkat literasi tidak hanya sebatas mengenali dan memahami informasi, tetapi juga mencakup kemampuan menganalisis, menyintesis, mengevaluasi, hingga menciptakan sesuatu yang baru.
Kreativitas yang lahir dari proses literasi inilah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Meskipun TPBIS mendorong berbagai aktivitas kreatif, kegiatan membaca tetap menjadi fondasi utama program.
"Pengelola TPBIS harus memulai dengan membaca. Ketika seseorang menyadari manfaat membaca, ia akan mencintainya dan menjadikannya kebiasaan berkelanjutan," tambahnya.
Perpusnas juga berharap agar program ini dapat direplikasi oleh pemerintah daerah di 385 kabupaten/kota, 2.496 desa/kelurahan, dan 34 provinsi.
Replikasi ini dilakukan melalui metode peer learning atau pembelajaran sejawat, agar praktik baik bisa menyebar secara efektif.
Dukungan Regulasi dan Kolaborasi Antar Sektor
Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar, menyampaikan bahwa pemanfaatan TPBIS menunjukkan tren positif, termasuk peningkatan jumlah kunjungan ke perpustakaan daerah.
Hingga kini, program TPBIS telah berjalan di 3.237 perpustakaan tingkat kabupaten/kota dan desa, dengan dukungan dari 236 pelatih ahli serta 1.384 fasilitator daerah.
Dari sisi kebijakan, regulasi daerah yang mendukung TPBIS juga terus bertambah.
Tercatat ada 30 peraturan daerah, 83 peraturan kepala daerah, dan 45 peraturan desa/kelurahan yang telah menetapkan TPBIS sebagai program prioritas.
Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Didik Darmanto, menegaskan pentingnya kolaborasi antar pihak dalam memperkuat ekosistem literasi nasional.
Bappenas telah merumuskan enam pilar utama kolaborasi pembangunan literasi, yaitu integrasi kebijakan, koordinasi lintas sektor, co-financing, inovasi program, keberlanjutan, serta akuntabilitas dan transparansi.
Program TPBIS menjadi bukti nyata bahwa perpustakaan bisa bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan masyarakat yang inklusif dan berdampak luas.
- Penulis :
- Aditya Yohan