
Pantau - Pemerintah Indonesia menyiapkan sekitar 60 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) untuk dipamerkan dalam Konferensi Perubahan Iklim Ke-30 (COP30) yang akan berlangsung di Belem, Brasil.
Target Besar Indonesia di COP30
Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyatakan bahwa capaian tersebut menjadi bukti nyata komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris.
"InsyaAllah kalau kita semua sudah tarik maka nanti di Belem, Brasil, mudah-mudahan kita bisa menghadirkan sertifikat emisi gas rumah kaca berdasarkan Paris Agreement itu di angka lebih dari 60 juta CO2e," ungkap Hanif.
Jumlah itu berasal dari berbagai sektor yang berhasil menekan emisi gas rumah kaca, salah satunya sektor kehutanan dan penggunaan lahan (FOLU) yang menyiapkan sekitar 15 juta CO2e dengan potensi hampir 50 juta ton CO2e.
Selain itu, ada potensi dari proyek pengurangan emisi di bawah skema Clean Development Mechanism (CDM) yang sedang bertransisi ke mekanisme baru Pasal 6.4 Perjanjian Paris, sekitar 4,8 juta ton CO2e.
Potensi Karbon Vintage dan Perdagangan Karbon
Hanif juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dari carbon vintage, yaitu jumlah pengurangan karbon yang sudah diinventarisasi dan belum dibeli atau dikompensasi oleh negara maju maupun lembaga internasional.
"Nilainya cukup besar, 721 juta ton CO2e. Ini yang nanti juga kami akan pamerkan di Belem, Brasil," ujarnya.
Emisi karbon yang sudah berhasil dikurangi diharapkan dapat menjadi modal untuk mendukung perdagangan karbon di Indonesia.
Perdagangan karbon di dalam negeri nantinya akan berjalan melalui dua jalur, yakni pasar karbon sukarela (voluntary carbon market) dan pasar karbon sesuai kepatuhan (compliance carbon market).
- Penulis :
- Shila Glorya