Enam Penerbangan di Bandara Komodo Batal akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Pantau - Enam penerbangan di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, batal pada Sabtu, 20 September 2025, akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Penerbangan Terganggu Erupsi

Kepala UPBU Komodo, Ceppy Triono, menyebut total lima jadwal penerbangan terdampak, khususnya rute Ende dan Bajawa yang dilayani maskapai Wings Air.

"Dari lima jadwal penerbangan, tiga dinyatakan batal dan dua lainnya dijadwalkan ulang pada Minggu, 21 September 2025," ungkapnya.

Meski ada pembatalan dan penjadwalan ulang, Bandara Internasional Komodo masih beroperasi normal karena hasil pemeriksaan paper test menunjukkan negatif abu vulkanik.

Namun Ceppy menambahkan, kondisi bisa berubah sewaktu-waktu karena Gunung Lewotobi Laki-laki masih terus erupsi.

Aktivitas Gunung dan Imbauan Warga

Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami tujuh kali erupsi dalam enam jam pada Sabtu, 20 September 2025 pukul 12.00–18.00 WITA.

Letusan menghasilkan kolom abu setinggi 1.000–2.500 meter dengan asap berwarna kelabu.

Pengamatan visual melaporkan gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut 0-II, dengan asap kawah bertekanan sedang hingga kuat, berwarna kelabu intensitas tebal, mencapai 1.500–3.000 meter di atas puncak.

Kondisi cuaca di sekitar gunung tercatat cerah hingga berawan, angin bertiup lemah ke arah barat dan barat laut, dengan suhu udara 24–26 derajat Celsius.

Saat ini, status Gunung Lewotobi Laki-laki berada di Level IV atau Awas.

Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 6 kilometer dari puncak serta sektor barat daya–timur laut dalam radius 7 kilometer.

Warga juga diminta tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah daerah, tidak mempercayai isu yang tidak jelas sumbernya, serta waspada potensi banjir lahar hujan di sungai berhulu Gunung Lewotobi, terutama di Desa Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote.

Masyarakat terdampak hujan abu disarankan memakai masker atau penutup hidung-mulut untuk menghindari gangguan pernapasan akibat abu vulkanik.