Pantau - Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menegaskan perayaan pesta adat Erau 2025 di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mampu memperkuat perputaran ekonomi masyarakat sekaligus memberikan manfaat nyata bagi daerah sekitarnya.
Perayaan Erau sebagai Penggerak Ekonomi dan Warisan Budaya
Widiyanti mengatakan pemerintah optimistis dampak positif Erau dapat dirasakan masyarakat.
" Kami optimistis efek berganda dari perayaan warisan budaya ini dapat dirasakan masyarakat, terutama melalui pertumbuhan UMKM serta semakin luasnya keterlibatan warga," ungkapnya di Jakarta, Senin (22/9).
Saat membuka Erau 2025 di Stadion Rondong Demang, Tenggarong, Minggu (21/9), Widiyanti menekankan bahwa Erau bukan hanya agenda tahunan penggerak ekonomi, tetapi juga selebrasi tradisi luhur Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, salah satu peradaban tertua di Nusantara.
Ia menambahkan pesta adat Erau sejalan dengan program unggulan Kementerian Pariwisata yaitu Event by Indonesia.
Acara ini berpotensi besar menarik wisatawan nusantara dan mancanegara sehingga layak dikembangkan menjadi event internasional.
"Melalui pesta adat Erau, kita belajar bahwa warisan leluhur bukan sekadar kenangan masa lalu, tetapi energi untuk membangun masa depan. Mari kita jaga, rawat, dan kembangkan bersama," ucap Widiyanti.
Identitas dan Kearifan Lokal dalam Erau 2025
Gubernur Kalimantan Timur Rudi Mas’ud menuturkan kata Erau berasal dari "Ero" yang berarti ramai dan penuh sukacita.
Menurutnya, makna itu tercermin dalam pembukaan Erau 2025 yang menampilkan keberagaman masyarakat Kutai Kartanegara.
"Erau adalah simbol identitas budaya yang menunjukkan betapa kayanya bangsa ini. Kearifan lokal yang diwariskan melalui Erau adalah bagian dari peradaban Nusantara yang harus terus kita jaga dan lestarikan," ujarnya.
Pesta adat Erau 2025 berlangsung pada 21–28 September 2025 di Kutai Kartanegara.
Acara tersebut mengangkat tema "Menjaga Marwah Peradaban Nusantara" dengan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tradisi adiluhung yang membentuk identitas masyarakat Kutai Kartanegara maupun Nusantara secara luas.
- Penulis :
- Shila Glorya
