
Pantau - Di tengah derasnya arus globalisasi, generasi muda Indonesia diajak untuk kembali mengenali dan mencintai pangan lokal serta budaya nusantara melalui Festival Panen Raya Nusantara (PARARA) 2025 yang digelar di Jakarta pada 12–13 September 2025.
Gen Z dan Tantangan Identitas di Era Global
Generasi muda saat ini tumbuh di era keterbukaan yang menawarkan beragam pilihan gaya hidup, makanan, dan budaya dari berbagai penjuru dunia.
Namun, di tengah derasnya arus global tersebut, terdapat peluang besar untuk memperkuat identitas bangsa melalui pelestarian pangan tradisional dan budaya lokal.
Pangan lokal tidak hanya soal konsumsi, tetapi juga dapat dibudayakan sebagai bagian dari keseharian, khususnya bagi generasi muda seperti Gen Z.
Festival PARARA menjadi salah satu wadah penting yang menghadirkan tradisi pangan dan budaya kepada anak muda dengan cara yang relevan dan menarik.
Budaya dan Pangan Lokal dalam Format Kekinian
Festival Panen Raya Nusantara telah berlangsung sejak 2015 dan konsisten menjadi ruang temu bagi komunitas adat, produsen pangan sehat, dan pengrajin dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada penyelenggaraan tahun 2025, lebih dari 16 komunitas adat turut serta dengan membawa beragam produk pangan lokal, kerajinan, serta fesyen berbasis kain tradisional.
Nilai utama dari festival ini bukan sekadar hiburan, melainkan penyampaian pesan bahwa pangan nusantara adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Untuk menarik perhatian generasi muda, festival ini dikemas dalam format kekinian agar mereka merasa dekat dan tertarik menjadikan budaya lokal sebagai bagian dari gaya hidup.
Pertemuan lintas generasi pun tercipta, seperti melalui karya para desainer muda dari LaSalle School Jakarta yang menampilkan koleksi bertema Hybrid.
Koleksi tersebut menggabungkan kain tradisional seperti Tenun Biboki asal Nusa Tenggara Timur dengan bahan modern seperti organza, lame, dan taffeta, menciptakan identitas baru yang tetap berakar pada tradisi.
Sementara itu, dari Papua hadir pengrajin noken, Teresia Kopon, yang secara langsung mengajarkan generasi muda cara menggulung benang kulit kayu sebagai bagian dari pelestarian budaya leluhur.
Ketika generasi muda terbiasa mengonsumsi dan bangga terhadap produk lokal, maka pasar untuk petani kecil, UMKM, dan komunitas adat akan semakin berkembang dan berdaya.
- Penulis :
- Aditya Yohan