Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Hari Jantung Sedunia 2025: Perki Serukan Deteksi Dini dan Gaya Hidup Sehat Tekan Kematian Kardiovaskular

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Hari Jantung Sedunia 2025: Perki Serukan Deteksi Dini dan Gaya Hidup Sehat Tekan Kematian Kardiovaskular
Foto: (Sumber: Ketua Perki dr Ade Meidian Ambari (dua dari kanan) didampingi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi (dua dari kiri) memberikan keterangan kepada media dalam acara WHD 2025 di Serpong Tangerang, Minggu (28/9/2025). ANTARA/Irfan)

Pantau - Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah melalui deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan penerapan pola hidup sehat.

Ketua Perki, dr Ade Meidian Ambari, menyampaikan imbauan ini dalam peringatan World Heart Day (WHD) 2025 yang digelar di Serpong, Tangerang, Banten, pada Minggu, 28 September 2025.

"Jangan abaikan gejala nyeri dada, sesak napas, atau kaki bengkak. Perki mengajak masyarakat untuk deteksi dini, mengendalikan faktor risiko, dan menjaga pola hidup sehat," ujarnya.

Lonjakan Kasus dan Klaim Jantung Picu Seruan Pencegahan Massal

Menurut data World Heart Federation (WHF), penyakit kardiovaskular (CVD) masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

Pada tahun 2021, tercatat lebih dari 20,5 juta kematian akibat CVD—naik 60 persen dibandingkan tahun 1990, dengan 85 persen kematian disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Di Indonesia, klaim BPJS Kesehatan untuk penanganan penyakit jantung pada tahun 2024 mencapai Rp19 triliun dengan total 22,5 juta kasus, meningkat dari Rp12,5 triliun pada tahun sebelumnya.

"Angka ini menegaskan tingginya kebutuhan pencegahan dan deteksi dini di masyarakat," kata dr Ade.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, juga menyoroti tren peningkatan biaya penanganan penyakit jantung setiap tahun.

"Pada tahun 2021, kami mencatat jumlah klaim untuk penyakit jantung sebesar Rp8,6 triliun. Tetapi tahun lalu telah capai Rp19 triliun. Untuk tahun ini, kita terus memberikan edukasi dalam penanganan penyakit jantung," ungkapnya.

Edukasi Nasional dan Keterlibatan Lintas Sektor

Sebagai wujud komitmen dalam menurunkan beban penyakit jantung, seluruh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Indonesia menggelar berbagai kegiatan edukasi dan pengabdian masyarakat secara serentak sepanjang September 2025.

Kegiatan ini melibatkan masyarakat umum, tenaga kesehatan, institusi pendidikan, komunitas olahraga, dan pemangku kebijakan.

Tujuannya adalah menekan angka kematian akibat penyakit jantung dan meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga kesehatan jantung sejak dini.

"Kami mengajak peran aktif masyarakat dan dukungan pemerintah dalam menurunkan beban penyakit jantung pembuluh darah Indonesia," tegas dr Ade.

Penulis :
Ahmad Yusuf