Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

DPR Usulkan Pansus untuk Atasi Krisis Krakatau Steel agar Kembali Kompetitif

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

DPR Usulkan Pansus untuk Atasi Krisis Krakatau Steel agar Kembali Kompetitif
Foto: Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga (sumber: DPR RI)

Pantau - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga mengusulkan pembentukan panitia khusus (pansus) untuk menyelesaikan persoalan yang membelit PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Lamhot menilai persoalan Krakatau Steel terlalu kompleks jika hanya ditangani melalui Panitia Kerja (Panja) di Komisi VII DPR.

"Kalau hanya panja, ruang lingkupnya terbatas pada Komisi VII. Padahal, persoalan Krakatau Steel ini menyangkut Kementerian Perindustrian, Perdagangan, BUMN, bahkan Kementerian Keuangan," ungkapnya.

Pansus Dinilai Solusi Menyeluruh

Menurut Lamhot, pansus menjadi mekanisme yang lebih ideal karena melibatkan lintas komisi DPR serta kementerian dan lembaga terkait, sehingga bisa menghasilkan rekomendasi politik yang lebih komprehensif.

Ia menegaskan bahwa usulan ini adalah bentuk keseriusan DPR dalam mencari solusi menyeluruh bagi keberlangsungan industri baja nasional.

"Kalau masalah hulunya bisa diselesaikan melalui koordinasi pansus, hilirisasi baja akan lebih kokoh, dan Krakatau Steel bisa kembali menjadi industri besi dan baja kebanggaan nasional," ujarnya.

Dengan adanya pansus, DPR juga dapat memanggil lebih banyak pihak yang relevan serta mengawal jalannya restrukturisasi agar tidak berhenti hanya pada aspek keuangan semata.

Persoalan Utama: Utang dan Ketergantungan Impor

Dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR, Lamhot memaparkan bahwa Krakatau Steel masih menghadapi sejumlah persoalan mendasar, mulai dari utang, produk yang kurang kompetitif, hingga ketergantungan penuh pada bahan baku impor.

Ia mencontohkan, harga slab baja internasional sekitar 500 dolar AS per ton, sementara produk Krakatau Steel bisa mencapai 535 dolar AS per ton.

"Ada gap sekitar 35 dolar AS per ton sehingga industri pengguna baja pasti akan lebih memilih harga yang jauh lebih murah," jelasnya.

Lamhot menegaskan bahwa restrukturisasi utang saja tidak cukup, karena masalah mendasar terletak pada ketiadaan investasi di sektor hulu.

"Kalau bahan baku masih 100 persen impor, harga produk KS (Krakatau Steel) tidak akan pernah bisa kompetitif. Investasi di hulu harus segera dilakukan," pungkasnya.

Penulis :
Shila Glorya