billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Israel Akan Deportasi 170 Aktivis Global Sumud Flotilla, Adalah Soroti Pembatasan Akses Hukum

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Israel Akan Deportasi 170 Aktivis Global Sumud Flotilla, Adalah Soroti Pembatasan Akses Hukum
Foto: (Sumber: Arsip - Salah satu kapal Global Sumud Flotilla yang menuju Gaza dicegat otoritas Israel di perairan internasional. (Xinhua).)

Pantau - Israel pada Senin (6/10/2025) akan mendeportasi sekitar 170 aktivis yang sebelumnya ditahan setelah pasukan rezim Zionis menyerang kapal Global Sumud Flotilla yang menuju Gaza.

Deportasi Massal Aktivis Flotilla

Informasi ini disampaikan oleh Pusat Hukum untuk Hak Minoritas Arab di Israel, Adalah, dalam pernyataan resmi pada Minggu malam (5/10/2025).

Adalah menyebutkan bahwa Dinas Penjara Israel (IPS) telah memberi tahu para pengacara mereka terkait rencana deportasi para aktivis tersebut.

Hingga saat ini belum ada keterangan lebih lanjut mengenai identitas para aktivis, kewarganegaraan mereka, maupun negara tujuan deportasi.

Israel sebelumnya telah mendeportasi sekitar 170 peserta Flotilla Gaza dalam beberapa hari terakhir, mayoritas ke Istanbul, sedangkan kelompok kecil lainnya dikirim ke Italia dan Spanyol.

Pasukan Israel menyerang dan menyita kapal-kapal Global Sumud Flotilla pada Rabu (1/10/2025) dan menahan lebih dari 470 aktivis yang berasal dari sekitar 50 negara.

Misi armada tersebut adalah mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza sekaligus menentang blokade Israel yang telah berlangsung hampir 18 tahun atas wilayah itu.

Gaza sendiri dihuni oleh hampir 2,4 juta orang dan sejak Oktober 2023, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, membuat wilayah tersebut hampir tidak layak huni.

Kondisi Para Aktivis dalam Tahanan

Adalah menyampaikan bahwa para pengacara mereka tidak diizinkan bertemu para aktivis selama kunjungan pada Sabtu (4/10/2025) kecuali dengan pembatasan ketat dari IPS.

IPS hanya mengizinkan kunjungan selama 30 menit, dan dalam waktu tersebut pengacara berhasil bertemu seluruh 11 aktivis asal Tunisia yang sedang melakukan mogok makan.

Pengacara juga melaporkan bahwa banyak aktivis lainnya turut menolak untuk makan.

Para aktivis menyampaikan kepada pengacara bahwa telah terjadi serangan dan kekerasan yang meluas saat mereka dipindahkan dari pelabuhan Ashdod ke Penjara Ketziot di Gurun Negev, serta pada hari-hari awal penahanan.

"Kondisi terkini di dalam penjara dilaporkan relatif stabil, namun tetap ada kekhawatiran atas kondisi kesehatan para pelaku mogok makan serta penolakan terhadap perawatan medis yang memadai," kata Adalah.

Obat-obatan baru diizinkan masuk ke penjara setelah intervensi hukum dan kunjungan dari perwakilan kedutaan asing yang juga memeriksa kondisi kesehatan para aktivis.

Adalah memastikan bahwa hak-hak para aktivis tetap terlindungi selama proses deportasi berlangsung dan menyatakan terus memantau situasi meskipun menghadapi pembatasan dari IPS.

Penulis :
Aditya Yohan