
Pantau - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyatakan optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 5,2 persen, meskipun Bank Dunia hanya memproyeksikan angka sebesar 4,8 persen.
Proyeksi Bank Dunia Dinilai Tidak Mencerminkan Kondisi Fiskal Indonesia
Bank Dunia dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025 memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 4,8 persen, sedikit meningkat dari proyeksi sebelumnya yang berada di angka 4,7 persen.
Meskipun meningkat, angka tersebut masih di bawah target pemerintah Indonesia yang sebesar 5,2 persen.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa proyeksi Bank Dunia tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi fiskal Indonesia.
"World Bank kan enggak tahu (kondisi) tentang fiskal kita. Jadi ya sebagai outsider, itu bagus. Jadi kita dapat feedback," ungkapnya.
Menurut Febrio, lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, ADB, dan OECD sering membuat proyeksi berdasarkan informasi makroekonomi yang terbatas.
Ia juga menyebut bahwa lembaga-lembaga tersebut memiliki kepentingan investasi di Indonesia.
"World Bank itu kan bukan lembaga auditor, World Bank itu ingin investasi di Indonesia. Nah terus kita tanya, keuntungannya berapa? Ya kalau terlalu mahal ya kita enggak mau juga. Banyak orang dan lembaga internasional ingin investasi di Indonesia. Makanya mereka pantau terus (ekonomi Indonesia)," ia mengungkapkan.
Hal yang sama juga berlaku untuk OECD.
"OECD itu juga adalah perpanjangan tangan dari negara-negara OECD. Dia ingin tau, makanya dia buat (laporan) selalu mengkaji ekonomi Indonesia," kata Febrio.
Pemerintah Siapkan Stimulus dan Targetkan Pertumbuhan Lebih Tinggi di 2026
Febrio menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk tahun 2026, pemerintah bahkan optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5,4 persen.
Pemerintah menyambut baik perhatian dari lembaga internasional terhadap perekonomian Indonesia.
“Sehingga kita justru malah melihat dan menyambut baik mereka terus memantau ekonomi Indonesia. Artinya mereka ingin investasi. Lalu kita tunjukkan peluangnya di sini. Kita akan berikan support di beberapa sektor,” ujar Febrio.
Bank Dunia dalam laporannya juga mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik masih relatif tinggi.
Namun, lembaga tersebut juga menilai bahwa sejumlah kebijakan saat ini belum tentu mampu mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sementara itu, tantangan fiskal Indonesia disebut lebih berkaitan dengan komposisi belanja pemerintah daripada besaran defisit anggaran.
Defisit anggaran Indonesia sendiri dinilai masih sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan dalam aturan fiskal nasional.
- Penulis :
- Shila Glorya