billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

FPA Bali Usulkan Kurikulum Edukasi HIV/AIDS Sejak Dini untuk Capai Target Ending AIDS 2030

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

FPA Bali Usulkan Kurikulum Edukasi HIV/AIDS Sejak Dini untuk Capai Target Ending AIDS 2030
Foto: Ketua FPA Bali Oka Negara usulkan kurikulum edukasi seksual buat pencegah dan penanganan HIV/AIDS, Denpasar, Sabtu 11/10/2025 (sumber: ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

Pantau - Forum Peduli AIDS (FPA) Bali mengusulkan kepada pemerintah daerah agar menambah kurikulum edukasi mengenai pencegahan dan penanganan HIV/AIDS sejak usia dini sebagai langkah strategis untuk mencapai target Ending AIDS 2030.

Edukasi Seksual Didorong Masuk Kurikulum Sekolah

Ketua FPA Bali, Oka Negara, menyampaikan usulan tersebut dalam kegiatan Pelatihan Jurnalistik Media Tanpa Stigma untuk Ending AIDS 2030 yang digelar di Denpasar pada Sabtu, 11 Oktober 2025.

Ia menegaskan bahwa edukasi sejak dini penting untuk membentuk perilaku sehat di kalangan pelajar.

"Kita butuh edukasi seksual kalau bisa lewat kurikulum, karena masalahnya aktivitas seksual itu tersembunyi, kita tidak pernah tahu, berbeda dengan merokok atau pakai narkoba, jadi pada akhirnya penting membuat perilakunya sehat lewat pengetahuan," ungkapnya.

Menurut FPA Bali, pencegahan sangat penting di tengah meningkatnya sebaran HIV/AIDS di kalangan pelajar.

Selain itu, stigma negatif terhadap upaya penanganan HIV/AIDS masih menjadi hambatan utama dalam proses pencegahan dan pengobatan.

Dalam usulan kurikulum tersebut, FPA Bali menekankan bahwa materi tidak hanya berisi larangan melakukan aktivitas seksual, terutama dengan banyak pasangan, tetapi juga edukasi mengenai pencegahan penularan penyakit seksual melalui penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom.

Edukasi juga diusulkan mencakup penanganan HIV/AIDS pasca penularan, mengingat banyak kasus terjadi pada orang yang kurang pengetahuan meski obat penekan virus sudah mudah diakses.

Dimulai dari SD hingga SMA

Oka Negara menyarankan agar edukasi HIV/AIDS dimasukkan secara terstruktur ke dalam kurikulum sekolah sesuai bidang pelajaran masing-masing.

"Kalau bisa dikomitmenkan lewat pengetahuan sehingga diberikan terstruktur dalam kurikulum, jadi nanti tergantung bentuk sekolah, kalau IPA bisa masuk pada pelajaran biologi karena ada materi reproduksi, IPS bisa sosiologi, jadi pasti ada tempat-tempatnya tinggal sesuaikan," ia mengungkapkan.

FPA Bali juga menilai bahwa pendidikan ini perlu diberikan sejak sekolah dasar melalui materi sederhana seperti pola hidup sehat dan edukasi pacaran sehat.

Jika belum memungkinkan dimasukkan ke kurikulum, sekolah dapat menyediakan buku panduan mengenai pencegahan kekerasan seksual atau bahaya aktivitas seksual bagi siswa.

FPA Bali optimistis, jika usulan ini diterima oleh pemerintah daerah, target nol kasus HIV/AIDS pada tahun 2030 bisa tercapai.

Kasus HIV/AIDS Masih Tinggi di Bali

Berdasarkan data FPA Bali, sepanjang tahun 2024 tercatat 2.006 orang dinyatakan positif HIV/AIDS di Bali.

Sementara itu, dari Januari hingga Juli 2025, ditemukan 1.193 kasus baru.

FPA Bali bersama Yayasan Kerti Praja Dewa menemukan banyak kasus positif terjadi pada laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama laki-laki, bahkan pada usia yang sangat muda.

Tantangan besar saat ini adalah menghilangkan stigma di masyarakat, karena diskriminasi membuat orang dengan risiko tinggi enggan melakukan pemeriksaan atau pengobatan.

Oka Negara menegaskan bahwa pemerintah daerah Bali sejak lama telah menunjukkan kepedulian terhadap isu HIV/AIDS melalui regulasi yang mempermudah kerja lembaga sosial.

Namun, semangat tersebut perlu diperkuat melalui inovasi program pencegahan, penanganan kasus, serta perubahan pandangan masyarakat terhadap HIV/AIDS.

Penulis :
Arian Mesa