billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Siti Mukaromah: Pesantren Lahirkan Negarawan, Kader PKB Harus Warisi Semangat Perjuangan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Siti Mukaromah: Pesantren Lahirkan Negarawan, Kader PKB Harus Warisi Semangat Perjuangan
Foto: (Sumber: Anggota Komisi VII DPR RI Siti Mukaromah memberi sambutan dalam kegiatan Pembukaan Pendidikan Kader Penggerak Bangsa (PKPB) di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin, Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (24/10/2025). ANTARA/Sumarwoto.)

Pantau - Anggota Komisi VII DPR RI, Siti Mukaromah, menegaskan bahwa pesantren memiliki kontribusi besar dalam melahirkan tokoh-tokoh negarawan yang religius, nasionalis, dan berjiwa pengabdian tinggi bagi kemajuan bangsa, baik pada masa perjuangan kemerdekaan maupun hingga kini.

Pendidikan Kader PKPB Jadi Sarana Teguhkan Identitas dan Militansi Kader PKB

Pernyataan tersebut disampaikan Siti Mukaromah saat membuka kegiatan Pendidikan Kader Penggerak Bangsa (PKPB) di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin, Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

"Pesantren telah menjadi basis lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa yang religius, nasionalis, dan memiliki semangat pengabdian tinggi kepada masyarakat. Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) harus memahami bahwa sejarah partai ini tidak bisa dilepaskan dari peran besar pesantren dan Nahdlatul Ulama", ujarnya.

Menurutnya, PKPB merupakan wadah penting bagi kader PKB untuk memperkuat militansi, meneguhkan identitas partai, dan memahami akar ideologisnya yang dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama (NU).

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini mendorong kader partai untuk merefleksikan kembali peran mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"PKPB ini dilaksanakan oleh seluruh anggota DPR RI dari PKB minimal satu kali setiap tahun di daerah pemilihan masing-masing. Tujuannya adalah untuk me-review struktur partai hingga ke tingkat paling bawah dan mengingatkan kembali para kader tentang peran serta tanggung jawabnya", jelasnya.

Siti menekankan pentingnya kesadaran sejarah dan jati diri partai, agar kader tidak tercerabut dari akar perjuangannya.

"Kita ingin kader PKB semakin kuat militansinya, tidak lupa asal-usulnya, serta terus memperbarui semangat perjuangannya di tengah tantangan zaman", tambahnya.

Kader PKB Didorong Jadi Pemimpin yang Membawa Manfaat di Semua Level

Dalam kesempatan tersebut, Siti juga menekankan bahwa kader partai harus menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah.

Kader dituntut mampu menerjemahkan isu-isu yang berkembang di masyarakat dan menjembatani kepentingan rakyat dengan kebijakan yang berpihak kepada kemaslahatan bersama.

"Kadang kita sudah berbuat baik dan bekerja keras, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang belum memahami apa yang kita perjuangkan. Maka di situlah peran kader dibutuhkan untuk menjelaskan dan menerjemahkan kebijakan dengan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat", tegasnya.

PKPB kali ini juga berdekatan dengan peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, yang menurutnya menjadi momentum penting untuk mengenang jasa para kiai dan santri dalam perjuangan kemerdekaan.

"Negara ini bisa merdeka berkat keberanian para kiai dan santri yang berdiri di garda terdepan. Walau tanpa senjata modern, mereka berjuang dengan keikhlasan dan keberanian yang luar biasa. Semangat itu harus terus diwarisi oleh kader PKB di mana pun berada", tuturnya.

Ia berharap melalui PKPB, PKB dapat terus melahirkan kader-kader yang berjiwa negarawan, berkarakter kuat, dan memiliki komitmen tinggi terhadap kepentingan rakyat.

Kader PKB, lanjutnya, harus siap memimpin dari tingkat RT, kepala desa, DPRD, DPR RI, hingga kementerian.

"Di mana pun mereka berada, mereka harus membawa nilai manfaat bagi masyarakat", pungkasnya.

Dengan demikian, PKB diharapkan tidak hanya menjadi partai politik yang kuat secara struktur, tetapi juga menjadi ruang kaderisasi yang konsisten melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang berintegritas, religius, dan nasionalis dengan akar kuat dari tradisi pesantren.

Penulis :
Ahmad Yusuf