billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Banjir Bandang di Bima Ungkap Rapuhnya Infrastruktur dan Ketahanan Sosial, Pemulihan Harus Lebih dari Sekadar Pembangunan Fis

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Banjir Bandang di Bima Ungkap Rapuhnya Infrastruktur dan Ketahanan Sosial, Pemulihan Harus Lebih dari Sekadar Pembangunan Fis
Foto: (Sumber: Jembatan putus akibat di terjang banjir bandang di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (3/2/2025). ANTARA/Ady Ardiansah..)

Pantau - Musim hujan di Indonesia membawa dua sisi: kesuburan di satu sisi, namun bencana di sisi lain. Di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), banjir bandang yang terjadi pada Februari 2025 meninggalkan jejak kerusakan besar di Kecamatan Wera dan Ambalawi serta penderitaan mendalam bagi warga.

Di Ambalawi, 170 keluarga atau 253 jiwa terdampak, sementara di Wera sebanyak 79 keluarga atau 218 jiwa ikut merasakan dampaknya.

Banjir juga merusak berbagai infrastruktur penting:

  • Delapan jembatan putus
  • Tanggul bendung rusak
  • Saluran irigasi sepanjang 400 meter jebol
  • Akibatnya, aktivitas ekonomi dan sosial warga lumpuh total.

Anggaran Pemprov NTB Belum Jawab Semua Tantangan

Pemerintah Provinsi NTB telah mengalokasikan anggaran Rp1 miliar dalam APBD Perubahan 2025 untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak di dua kecamatan terdampak.

Namun muncul pertanyaan: apakah dana itu cukup dan tepat sasaran?

Kerusakan yang terjadi tidak hanya bersifat fisik, tetapi menunjukkan rapuhnya sistem penyangga kehidupan warga:

  • Irigasi yang jebol membuat petani tidak bisa menanam
  • Dam sabo yang runtuh menyebabkan air tidak terkendali
  • Jembatan yang putus memutus konektivitas antarkampung

Skala kerusakan yang luas membuat banyak warga masih menuntut perbaikan rumah, relokasi, dan perbaikan irigasi secara menyeluruh.

Dari Tanggap Darurat ke Pemulihan Terencana

Pengalokasian dana ini mencerminkan pergeseran paradigma penanganan bencana: dari bantuan darurat menuju pemulihan yang terencana.

Fokus pemulihan kini tidak hanya pada pembangunan rumah dan jembatan, tetapi juga menyasar:

  • Rehabilitasi lahan pertanian
  • Normalisasi sungai
  • Bronjongisasi atau pemasangan kawat batu untuk menahan erosi dan tebing sungai

Namun, dua tantangan besar masih menghadang:

  • Lambatnya proses rehabilitasi rumah
    Hingga September 2025, warga sempat memblokade jalan karena tidak ada tindakan nyata dari pemerintah.
  • Akses anggaran yang belum maksimal untuk korban
    Dana Belanja Tak Terduga (BTT) dikhawatirkan digunakan untuk program lain di luar kebutuhan mendesak para korban bencana.

Lebih dari Sekadar Pemasangan Batu dan Semen

Perbaikan infrastruktur bukan hanya soal teknis bangunan, tetapi menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap negara.

Edukasi tentang mitigasi bencana, reboisasi di wilayah hulu, dan pengelolaan sungai secara berkelanjutan juga harus menjadi bagian dari solusi.

Ketahanan masyarakat terhadap bencana tidak hanya bergantung pada infrastruktur, tapi juga pada kesadaran lingkungan dan budaya lokal.

Penulis :
Aditya Yohan