billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Jalan Panjang Zero ODOL dan Tantangan Keadilan Logistik di Indonesia

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Jalan Panjang Zero ODOL dan Tantangan Keadilan Logistik di Indonesia
Foto: (Sumber: Ilustrasi truk kelebihan muatan dan dimensi atau ODOL. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN))

Pantau - Di tengah upaya mendorong efisiensi logistik nasional, program Zero ODOL (Over Dimension and Over Loading) masih menyisakan tantangan besar, terutama bagi pelaku logistik jalan raya yang menjadi tulang punggung distribusi ekonomi dari Sabang sampai Merauke.

Sebagai negara kepulauan, perputaran ekonomi Indonesia tidak hanya terjadi di pusat keuangan, tetapi juga hidup di jalan raya melalui truk-truk logistik yang mengangkut beras dari Demak, semen dari Gresik, hingga bahan bakar dari Tanjung Priok.

Truk-truk ini membawa lebih dari sekadar muatan; mereka membawa harapan, akses harga yang adil, dan kelancaran rantai pasok nasional.

Suara Lapangan dan Ketimpangan Kebijakan ODOL

Para sopir dan operator truk memainkan peran vital dalam sistem distribusi nasional, namun suara mereka sering kali luput dalam perumusan kebijakan pemerintah.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, menyatakan bahwa pengusaha truk kini berada dalam posisi sulit akibat pelaksanaan kebijakan Zero ODOL yang dianggap timpang.

“Kami tidak menolak perubahan, tapi kebijakan yang dibuat seharusnya menyeluruh, bukan tebang pilih,” ujarnya.

Tarigan menyebutkan bahwa masih banyak truk ODOL yang luput dari penindakan, sementara tekanan dari pemilik barang untuk meminimalkan biaya membuat operator truk kehilangan posisi tawar.

“Program pemberantasan ODOL belum berhasil, dan justru berpotensi sangat merugikan operator trucking,” tambahnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Aptrindo, Agus Pratiknyo, mengibaratkan ODOL seperti penyakit kolesterol yang tak bisa dihilangkan seketika, tetapi perlu dikendalikan secara bertahap.

Solusi terhadap persoalan ODOL, menurutnya, harus melalui:

  • Tahapan bertahap
  • Penyesuaian kebijakan
  • Peningkatan kesiapan infrastruktur

Risiko Ekonomi Jika Zero ODOL Dipaksakan

Jika penertiban ODOL dilakukan secara tergesa-gesa tanpa kesiapan yang memadai, dampaknya bisa memicu kenaikan biaya distribusi, keterlambatan pengiriman barang, hingga lonjakan harga di tingkat konsumen.

Kenaikan biaya logistik merupakan salah satu penyebab utama fluktuasi harga dan inflasi.

Gangguan pada satu mata rantai distribusi dapat menimbulkan efek domino berupa:

  • Peningkatan biaya bahan bakar
  • Kenaikan tarif pelabuhan
  • Ongkos sewa truk yang melambung

Pada akhirnya, beban tambahan ini akan ditanggung oleh masyarakat dalam bentuk harga barang yang lebih tinggi di pasar.

Inflasi berbasis logistik ini bisa berdampak luas pada harga pangan, bahan bangunan, hingga kebutuhan pokok harian.

Contohnya, jika ongkos kirim beras dari Jawa Timur ke Kalimantan naik, maka harga eceran beras di pasar tradisional juga akan terdorong naik.

Dalam kondisi ekonomi global yang masih bergejolak, gejolak harga logistik dapat menekan daya beli masyarakat dan memperlambat proses pemulihan ekonomi nasional.

Penulis :
Aditya Yohan