
Pantau - Monumen Marsinah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menjadi saksi bisu perjuangan buruh dan keberanian perempuan yang gugur pada 1993.
Monumen Marsinah Sebagai Pengingat Perjuangan
Monumen Marsinah berdiri di pinggir Jalan Raya Baron, Kabupaten Nganjuk, dengan sosok perempuan berkemeja, mengenakan rok dan sepatu kets, tangan kiri mengepal ke udara.
Di bagian bawah monumen tertulis "Pahlawan Buruh Marsinah," sebagai pengingat bahwa perjuangan kaum buruh masih belum selesai.
Meskipun telah tiada lebih dari tiga dekade, nama Marsinah masih hidup dan dibicarakan oleh para pejuang kesejahteraan hingga saat ini.
Peringatan dan Penghormatan di Desa Kelahiran
Pada Minggu, 19 Oktober 2025, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, mengunjungi Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, tempat kelahiran Marsinah.
Arifah Fauzi berjalan kaki bersama Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan Wakil Bupati Nganjuk Trihandi Cahyo Saputro dari Monumen Marsinah menuju Polindes (Pondok Bersalin Desa) Marsinah.
Di desa kelahirannya, nama Marsinah diabadikan sebagai nama jalan dan poliklinik desa sebagai bentuk penghormatan yang abadi.
"Seribu satu ya, (perempuan) yang punya keberanian luar biasa seperti Marsinah," ungkapnya.
Marsinah disebut sebagai nyala abadi karena semangatnya tetap hidup dalam perjuangan buruh, langkah perempuan yang menyuarakan keadilan, dan dalam hati bangsa yang belajar arti keberanian sejati.
Upaya mengenang dan memuliakan Marsinah semakin kuat, termasuk dorongan agar ia mendapat gelar pahlawan nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf









