
Pantau - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus meningkatkan akses diagnosis dan pengobatan pneumonia di seluruh fasilitas kesehatan.
Akses Pengobatan dari Primer hingga Rujukan
Permintaan tersebut disampaikan Prof. Tjandra dalam rangka memperingati Hari Pneumonia Sedunia yang jatuh setiap 12 November.
Ia menekankan pentingnya ketersediaan layanan pengobatan pneumonia mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga rumah sakit rujukan.
“(Ini) termasuk ketersediaan alat diagnostik foto toraks, laboratorium sederhana, oksigen, obat-obatan dan perawatan yang terstandar,” katanya melalui pesan elektronik di Jakarta.
Tjandra juga menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI melalui Dinas Kesehatan perlu terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang gejala pneumonia agar masyarakat segera mencari pertolongan medis jika menemukan kasus terduga.
Pencegahan Melalui Edukasi dan Vaksinasi
Pneumonia merupakan penyakit menular berupa radang pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi serta penerapan gaya hidup bersih dan sehat, seperti rajin mencuci tangan, menerapkan etika batuk, menggunakan masker, dan beristirahat saat sakit.
“Juga menekan terjadinya polusi udara dan melindungi diri dari bahaya asap rokok,” ujar Tjandra.
Vaksinasi untuk pencegahan pneumonia meliputi vaksin pneumokokus, vaksin influenza, dan vaksin lain yang direkomendasikan bagi kelompok rentan.
Tantangan Kesehatan dan Risiko Pneumonia
Tjandra menegaskan bahwa pneumonia perlu menjadi perhatian serius karena sejumlah faktor seperti status gizi masyarakat yang belum merata, peningkatan jumlah penduduk lansia, urbanisasi, polusi udara, kebiasaan merokok, serta risiko wabah atau pandemi yang dapat bermanifestasi sebagai pneumonia, seperti COVID-19.
Faktor-faktor tersebut meningkatkan risiko masyarakat terhadap penyakit paru tersebut.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 menunjukkan pneumonia menyebabkan 740.000 kematian pada anak di bawah usia lima tahun, atau sekitar 14 persen dari total kematian balita di seluruh dunia.
Sementara itu, data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tahun 2023 mencatat pneumonia sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, mencapai Rp8,7 triliun, diikuti oleh tuberkulosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.
- Penulis :
- Aditya Yohan







