Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BEI Bali Perluas Literasi Keuangan untuk Sasar Investor Muda Lewat Penambahan Galeri Investasi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

BEI Bali Perluas Literasi Keuangan untuk Sasar Investor Muda Lewat Penambahan Galeri Investasi
Foto: (Sumber: Kepala Perwakilan BEI Denpasar I Gusti Agus Andiyasa diwawancarai wartawan di sela-sela lokakarya jurnalis pasar modal di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (15/11/2025) ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna.)

Pantau - BEI Denpasar memperluas literasi keuangan dengan menyasar generasi muda melalui penambahan galeri investasi di kampus sebagai upaya meningkatkan jumlah investor saham di Bali.

Perluasan Literasi dan Penambahan Galeri Investasi

Langkah tersebut disampaikan Kepala Perwakilan BEI Denpasar I Gusti Agus Andiyasa saat diwawancarai dalam lokakarya jurnalis pasar modal di Ubud, Gianyar, Bali pada Sabtu, 15 November 2025.

Saat ini BEI Denpasar sedang menyiapkan kerja sama pendirian galeri investasi baru bersama perguruan tinggi negeri untuk memperluas akses mahasiswa terhadap pasar modal.

"Saat ini kami dalam proses kerja sama pendirian galeri investasi dengan salah satu perguruan tinggi negeri," ungkapnya.

Saat ini terdapat 29 galeri investasi di Bali yang merupakan hasil kolaborasi BEI dengan perguruan tinggi dan asosiasi lembaga jasa keuangan.

Generasi muda dinilai sebagai pasar potensial sehingga literasi keuangan dan pemahaman investasi perlu diperkuat sejak dini.

Melalui galeri investasi, mahasiswa dapat langsung membuka rekening saham untuk memulai berinvestasi.

"Berapa pun nilai setoran awal itu bisa, jadi tidak ada nilai minimum," ia mengungkapkan.

Keberadaan galeri investasi dinilai memudahkan generasi muda mengenal instrumen saham sebelum terjun ke pasar modal.

Upaya tersebut juga difokuskan untuk mengantisipasi risiko saham gorengan yang sering menjerat investor pemula.

Edukasi Risiko dan Pertumbuhan Investor Muda

Saham gorengan merupakan saham yang harganya tidak wajar karena naik turun secara drastis akibat manipulasi pihak tidak bertanggung jawab.

Cara menghindari saham gorengan antara lain mencermati kinerja emiten, konsistensi pertumbuhan laba, analisis harga, serta menghindari perilaku fear of missing out atau FOMO.

"Jangan sampai harga saham itu lagi tinggi tapi tiba-tiba anjlok. Itu harus dianalisis melalui aplikasi perusahaan sekuritas dan jangan sampai FOMO," ujarnya.

Jumlah investor saham di Bali per September 2025 tercatat 172.248 orang atau tumbuh 20 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 sebanyak 143 ribu investor.

Komposisi usia investor didominasi kelompok 18–25 tahun sebesar 30,1 persen, disusul usia 31–40 tahun sebesar 25,6 persen, usia 26–30 tahun sebesar 24,4 persen, dan usia di atas 41 tahun sebesar 19,9 persen.

Berdasarkan pekerjaan, investor didominasi pekerja swasta 41 persen, pelajar 18 persen, dan wirausaha 14 persen.

Deputi Komisioner OJK Eddy Manindo Harahap menjelaskan bahwa secara nasional 54,20 persen investor individu pasar modal berusia di bawah 30 tahun dengan nilai aset Rp70,81 triliun.

Sementara investor berusia 60 tahun ke atas hanya 2,92 persen namun memiliki nilai aset terbesar mencapai Rp1.215 triliun.

Secara nasional jumlah investor pasar modal per 11 Juli 2025 mencapai 19,3 juta atau tumbuh 29,91 persen dari tahun 2024 sebanyak 14,8 juta investor.

"Ada penambahan sebanyak 4,20 juta investor baru melampaui target tahunan yang ditetapkan sebesar dua juta investor," ungkap Eddy.

Penulis :
Ahmad Yusuf