
Pantau - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), memutuskan mengganti sistem pengawasan infrastruktur di wilayahnya dengan melibatkan mahasiswa teknik, khususnya jurusan teknik sipil, untuk menggantikan peran konsultan konvensional yang dinilainya kurang kompeten.
Langkah ini diambil sebagai respons atas kekecewaan terhadap kualitas konsultan proyek saat ini yang dinilai tidak memahami teknis bangunan secara mendalam.
"Konsultannya itu seringkali tidak mengerti. Bisa jadi konsultan merekrut orang yang tidak begitu capable memantau progres pembangunan, dan rata-rata sudah berusia lanjut, sehingga pengawasan tidak optimal," ungkapnya.
Pengawasan Kolaboratif dan Profesional bagi Mahasiswa
Dalam skema baru ini, mahasiswa tidak hanya sekadar membantu, melainkan berperan sebagai tenaga pengawas lapangan yang dibayar secara profesional.
Dedi menyebutkan bahwa mahasiswa akan menerima honorarium sebesar Rp250 ribu per hari sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka.
"Pendidikannya menjadi aplikatif, pembangunan terawasi dengan baik, dan mahasiswa dapat honor. Kan lumayan untuk uang saku tambahan, sehingga beban orang tuanya menjadi ringan," ia mengungkapkan.
Model pengawasan ini juga dinilai memberikan ruang praktik nyata yang relevan dengan bidang studi mahasiswa, sehingga pengalaman di lapangan akan menjadi bagian dari proses pembelajaran.
Dapat Dukungan Menteri dan Siap MoU Minggu Depan
Gagasan tersebut telah disampaikan kepada Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, yang menurut Dedi menyambut baik upaya integrasi antara kebutuhan daerah dan pendidikan tinggi.
Sebagai tahap awal, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) teknis dengan beberapa universitas mulai minggu depan.
"Minggu depan kami mulai MoU teknis. Masih ada pekerjaan sekitar Rp300 miliar yang sedang berjalan dan butuh pengawasan ketat," jelas Dedi.
Mahasiswa akan langsung diterjunkan untuk mengawasi proyek-proyek infrastruktur sisa dari tahun anggaran berjalan.
Intervensi Kurikulum SMK dan Pendidikan Terapan
Tak hanya di tingkat universitas, Dedi juga berencana melakukan intervensi terhadap kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan pendekatan pembelajaran berbasis praktik.
Ia mengusulkan agar pelajaran matematika diubah menjadi pelajaran terapan dengan mengacu pada proyek fisik nyata yang sedang dibangun di lingkungan sekolah.
"Anak-anak disuruh menghitung bangunan yang sedang dibangun. Berapa jumlah semen, pasir, batang besi, panjang dan diameternya. Nilai matematika diambil dari akurasi hitungan lapangan itu," jelas Dedi.
Inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan proyek sekaligus memberikan pengalaman nyata bagi pelajar dan mahasiswa di Jawa Barat.
- Penulis :
- Leon Weldrick







