
Pantau - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyoroti peningkatan laporan kekerasan terhadap anak sebagai sinyal penting perlunya penguatan ruang komunikasi dalam keluarga dan kolaborasi lintas sektor untuk perlindungan anak yang lebih efektif.
Peningkatan Laporan Jadi Alarm dan Peluang
Dalam pembukaan peringatan Hari Anak Sedunia 2025 yang digelar di Jakarta pada Kamis, 20 November 2025, Menteri PPPA Arifah Fauzi menyampaikan bahwa peningkatan laporan kekerasan terhadap anak bukan semata karena bertambahnya kasus, melainkan menunjukkan keberhasilan kampanye pelaporan yang semakin mendorong anak dan masyarakat untuk berani bersuara.
“Faktor ekonomi, pola asuh yang tidak tepat, lingkungan, dinamika pergaulan, dan pernikahan usia dini masih menjadi penyebab utama kekerasan terhadap anak lalu karena sifatnya multidimensional,” tegas Arifah.
Ia menilai bahwa data laporan tersebut menjadi pengingat serius untuk memperkuat seluruh aspek perlindungan terhadap anak, sekaligus menjadi peluang memahami kondisi riil di lapangan.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kebijakan intervensi dari berbagai pihak dapat dilakukan dengan lebih tepat sasaran dan menyeluruh.
“Intervensi harus dilakukan secara lintas sektor,” ujarnya.
Ruang Bersama Indonesia: Forum Kolaboratif untuk Perlindungan Anak
Sebagai bentuk penguatan, Kementerian PPPA memperkenalkan program Ruang Bersama Indonesia, yang merupakan forum koordinatif untuk menangani kekerasan terhadap anak dan perempuan secara terpadu.
Program ini merupakan transformasi dari inisiatif desa dan kelurahan ramah anak yang pernah dijalankan pada periode kementerian sebelumnya.
Berbeda dengan fasilitas fisik, Ruang Bersama Indonesia adalah wadah kolaborasi lintas pihak, termasuk kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.
Tujuannya adalah menyelesaikan persoalan kekerasan terhadap anak melalui sinergi kebijakan, pemantauan, dan intervensi bersama.
Program ini juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam pencegahan kekerasan, terutama melalui komunikasi yang terbuka dan responsif terhadap suara anak.
“Keluarga yang minim komunikasi cenderung tidak menyadari gejala awal timbulnya masalah,” kata Arifah.
Langkah sederhana seperti mendengarkan anak dapat menjadi awal penting dalam membangun ruang aman di dalam keluarga.
- Penulis :
- Aditya Yohan







