Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Banyuwangi Gandeng UGM Ekskavasi Situs Macan Putih, Jejak Kerajaan Blambangan Akan Dilestarikan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Banyuwangi Gandeng UGM Ekskavasi Situs Macan Putih, Jejak Kerajaan Blambangan Akan Dilestarikan
Foto: (Sumber : Pemaparan rencana ekskavasi Situs Macan Putih di Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/HO-Pemkab Banyuwangi.)

Pantau - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan ekskavasi di Situs Macan Putih, Kecamatan Kabat, sebagai upaya pelestarian jejak sejarah Kerajaan Blambangan.

Situs Bersejarah Akan Dijadikan Wisata Edukatif

Situs Macan Putih dikenal sebagai bekas Ibu Kota Kerajaan Blambangan pada masa pemerintahan Prabu Tawang Alun II, yang memerintah antara tahun 1655 hingga 1691 Masehi.

Namun, seiring perkembangan zaman, sebagian kawasan situs telah beralih fungsi menjadi permukiman penduduk.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa pelestarian situs sejarah merupakan bagian dari upaya menjaga identitas kultural masyarakat Banyuwangi.

" Kami tidak hanya ingin melestarikan benda bersejarah, tetapi juga menjaga memori kolektif masyarakat Banyuwangi, dan Situs Macan Putih merupakan salah satu jejak penting kejayaan Blambangan yang harus dilestarikan," ungkapnya.

Ipuk juga berharap situs ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah sekaligus dikembangkan sebagai destinasi wisata edukatif.

Ekskavasi dilakukan dengan menggandeng sejarawan dari UGM, Dr. Sri Margana, untuk memastikan pendekatan ilmiah dalam proses penggalian dan kajian situs.

Kajian Akademik Disiapkan untuk Konservasi

Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan dan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo Wicaksono, menyampaikan bahwa ekskavasi kali ini bertujuan mengidentifikasi ulang dan melindungi struktur peninggalan sejarah yang masih tersisa.

" Kami ingin melakukan peninjauan kembali terhadap struktur yang telah ditemukan di Situs Macan Putih, sekaligus menyiapkan langkah konservatif agar keberadaan situs ini tetap terjaga," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kondisi situs saat ini cukup memprihatinkan karena beberapa bagian struktur telah rusak atau hilang.

Ekskavasi terakhir di kawasan tersebut dilakukan pada tahun 2015 dan belum pernah dilanjutkan hingga tahun ini.

"Jika tidak segera ditangani, peninggalan sejarah ini akan terus berkurang. Karena itu Pemkab berencana memulai kembali kajian penyelamatan ini," katanya.

Hasil ekskavasi akan dirangkum dalam bentuk naskah akademik dan kajian budaya yang komprehensif.

" Output akhirnya berupa rekomendasi dari para ahli cagar budaya, termasuk arahan pembatasan kawasan hingga kemungkinan pemugaran situs," jelas Suyanto.

Penulis :
Ahmad Yusuf