Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menteri Agama Tegaskan Penguatan Pesantren Harus Berdiri di Atas Fondasi Epistemologis yang Kokoh

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Menteri Agama Tegaskan Penguatan Pesantren Harus Berdiri di Atas Fondasi Epistemologis yang Kokoh
Foto: Menteri Agama Nasaruddin Umar saat menjadi pembicara kunci saat Halaqah Penguatan Kelembagaan Ditjen Pesantren di Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung (sumber: Kemenag)

Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya membangun fondasi konseptual Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren melalui kajian ontologis terhadap tiga arus besar pendidikan, yaitu pendidikan sekuler, pendidikan Islam, dan pendidikan pesantren.

Dalam sambutannya sebagai pembicara kunci di acara Halaqah Penguatan Kelembagaan Ditjen Pesantren di Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menag menyatakan bahwa peta jalan (road map) pesantren dan pendidikan Islam harus dirancang secara jelas.

"Road map pesantren dan pendidikan Islam harus jelas. Jangan sampai jalannya sama, tetapi memakai nama berbeda," ungkapnya.

Pentingnya Perumusan Fondasi Konseptual

Menag menggambarkan posisi Ditjen Pesantren saat ini sebagai "cek kosong" yang memerlukan pengisian substansial agar tidak menghasilkan kebijakan yang prematur.

Ia berharap forum halaqah ini dapat melahirkan gagasan yang solid, tidak hanya untuk menentukan arah masa depan pesantren, tetapi juga untuk mengintegrasikan keragaman pandangan dalam dunia pendidikan Islam.

Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rosihon Anwar, menyatakan bahwa kampusnya akan terus memperkuat ekosistem pesantren melalui berbagai program pengembangan, salah satunya adalah program Ma’had Al-Jamiah.

Ia juga menekankan bahwa halaqah ini diharapkan menjadi ruang konsolidasi nasional demi merancang masa depan pesantren dan menjaga ketahanan tradisi keilmuan Islam dalam menghadapi perubahan zaman.

Tokoh Nasional Soroti Aspek Epistemologi

Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Arskal Salim, menyampaikan bahwa halaqah ini adalah ruang terbuka yang melibatkan berbagai elemen, mulai dari kyai, ajengan, pengelola pesantren, alumni, akademisi, hingga pemerintah.

"Halaqah ini memberikan ruang bagi kita semua untuk memberikan masukan-masukan yang berharga bagi kemajuan pesantren. Sehingga menghadirkan gagasan yang lebih konkret dan inovatif tentang bagaimana membentuk arah penguatan pesantren," ia mengungkapkan.

Halaqah ini juga menghadirkan sejumlah tokoh nasional, termasuk mantan Ketua PBNU, Said Aqil Siradj.

Said Aqil menegaskan bahwa penguatan kelembagaan pesantren tidak bisa hanya berhenti pada aspek administratif, melainkan harus berpijak pada bangunan epistemologi yang kokoh.

Menurutnya, pemahaman agama yang kuat harus didasarkan pada tiga pendekatan klasik dalam tradisi besar keilmuan Islam: Bayan (pendekatan tekstual berbasis wahyu dan hadis), Burhan (pendekatan rasional melalui logika), dan Irfan (pendekatan spiritual berbasis pengalaman batin).

"Tiga epistemologi ini tidak boleh berjalan sendiri. Teks tanpa nalar tidak cukup, dan nalar tanpa kedalaman spiritual juga tidak memadai," ujarnya.

Penulis :
Shila Glorya