
Pantau - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak alumnus Universitas Andalas (Unand) berkolaborasi memperkuat hilirisasi pertanian melalui inovasi, teknologi, dan pemberdayaan petani untuk meningkatkan nilai tambah serta daya saing komoditas nasional.
Ajakan Kolaborasi dan Potensi Hilirisasi Gambir
“Kita harus sekarang bersama. Kita harus kolaborasi antara pusat, daerah, dan termasuk perguruan tinggi,” ujarnya.
Amran menyampaikan ajakan tersebut dalam pidato utama secara daring pada Kongres VII Ikatan Keluarga Alumni Universitas Andalas (IKA Unand).
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi besar antara pemerintah pusat, daerah, dan perguruan tinggi demi percepatan hilirisasi komoditas nasional serta mewujudkan kedaulatan pangan.
Amran menyoroti potensi besar komoditas gambir yang mayoritas dihasilkan Sumatera Barat.
Mengutip hasil penelitian akademisi Unand, Amran menyampaikan bahwa gambir memiliki nilai ekonomi yang sangat besar.
“Ini data sumbernya dari Universitas Andalas. Ada potensi sampai Rp500 triliun jika kita hilirisasi, kami sudah bahas marathon mudah-mudahan tidak ada aral melintang”, ungkapnya.
BUMN telah menyatakan kesediaannya terlibat dalam program hilirisasi gambir dan rencana tersebut sudah dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah menyiapkan program pembangunan pabrik pengolahan gambir dengan estimasi investasi sekitar Rp1 triliun untuk 4–5 pabrik.
“Ini luar biasa, dan saya mohon Unand dan alumni Unand ikut mengawal, karena added value nya luar biasa,” ujarnya.
Pengembangan Hilirisasi Kelapa dan Peran Perguruan Tinggi
Selain gambir, Amran juga menyoroti potensi besar komoditas kelapa di Sumatera Barat.
Amran menjelaskan bahwa hilirisasi kelapa dapat meningkatkan nilai jual hingga 100 kali lipat.
“Harga kelapa di luar negeri seperti China bisa mencapai Rp30.000 per biji. Kita baru dapat sekitar Rp3.500 per biji. Saat ini nilai ekspornya rata-rata mencapai Rp24 triliun. Jika hilirisasi air kelapanya, kita kemas, buat packaging-nya yang bagus itu menghasilkan 2.436 triliun,” ungkapnya.
Amran menegaskan hilirisasi merupakan langkah strategis memperkuat ekonomi nasional dan mempersiapkan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Ia menekankan peran penting perguruan tinggi sebagai pusat inovasi teknologi pertanian, mendorong agar penelitian dan karya mahasiswa–dosen dapat dikembangkan menjadi industri nyata.
Universitas Andalas dinilai memiliki banyak temuan potensial yang perlu dibawa ke tahap komersialisasi.
Amran mengajak IKA Unand dan pihak rektorat memperkuat kolaborasi dengan Kementerian Pertanian untuk mempercepat adopsi hasil riset ke sektor produksi.
Rektor Unand Prof. Efa Yonnedi menyampaikan bahwa Unand telah memberi kontribusi nyata melalui hilirisasi riset, terutama pada komoditas gambir.
“Yang disumbangkan Unand untuk bangsa adalah hilirisasi dari riset-riset, pengembangan, prototipe, produk lalu kita jual. Ini ada di bidang gambir. Produknya adalah tinta organik yang digunakan pada Pemilu 2024. Itu satu juta botol kita produksi dan dipakai di lebih dari 60 TPS,” ungkapnya.
Prof. Efa menjelaskan bahwa inovasi hilirisasi Unand juga mencakup bidang bioteknologi kesehatan.
“Ada kemasan bioteknologi kesehatan, reagen untuk kanker, reagen untuk TBC, kemudian reagen untuk tes darah. Ada 32 produk lebih yang sudah memiliki izin edar dan masuk e-katalog. Tinggal masyarakat beli dan produk ini sudah siap digunakan,” ujarnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan







